Cucu pendiri Walmart, Lukas Walton, termasuk ke dalam jajaran orang terkaya di dunia. Walmart adalah raksasa ritel global terbesar di AS. Lukas bekerja sebagai direktur Walton Family Foundation yang mendukung pendidikan dan melindungi lautan dan sungai. Yayasan yang dipimpin keluarga untuk pengembangan masyarakat dan perawatan kesehatan.
Lukas termasuk ke dalam jajaran miliarder dunia dan menduduki peringkat 44 dengan harta kekayaan mencapai USD16,3 miliar (Rp243 triliun), menurut Forbes.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Qin Yinglin, Raja Peternak Babi Asal China
Masa Kecil dan Kehidupan Awal
Pemilik nama lengkap Lukas Tyler Walton ini lahir pada tahun 1986, dari pasangan John T Walton dan istrinya, Christy. Dia adalah cucu Sam Walton, pendiri Walmart.
Kakeknya bergabung dengan J.C. Penney, jaringan department store Amerika. Setelah bekerja di sana sebagai trainee manajemen selama lebih dari dua tahun, dia berhenti untuk menjadi Angkatan Darat AS.
Setelah keluar sebagai Angkatan Darat AS, Sam membuka toko Ben Franklin pertamanya di Arkansas. Seiring waktu, dia membuka beberapa toko Ben Franklin di seluruh AS. Lalu, Sam mendirikan Walmart pada tahun 1962 dan segera menjadi perusahaan ritel terbesar di AS.
Ketika Lukas baru berusia tiga tahun, Lukas sempat didiagnosis menderita kanker ginjal langka yang menyebar ke paru-parunya. Dengan keajaiban, ia sembuh dari penyakit itu dalam waktu enam bulan.
Ibunya kemudian mengklaim bahwa dia sembuh berkat pola makan nabati yang ketat selama berbulan-bulan dan itu berhasil seperti keajaiban. Meskipun ia termasuk salah satu keluarga Amerika terkaya, Lukas dibesarkan di kota sederhana National City di California.
Ibunya ingin agar putranya merasakan pengalaman tinggal di rumah khas Amerika. Setelah kematian ayahnya, keluarganya pindah ke Jackson Hole, Wyoming.
Setelah rumah National City mereka menjadi rumah untuk nirlaba, ayahnya, John pun bekerja untuk Walmart sementara waktu. Tetapi memutuskan untuk menjadi Angkatan Udara.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Tadashi Yanai, Bos Uniqlo Berharta Rp470 T
John bertugas di ketentaraan sebagai pilot dan kemudian mendirikan perusahaan aplikasi udara bernama Satloc. Selain itu, ia mendirikan perusahaan bernama Corsair Marine yang membangun perahu layar. Sayangnya, John meninggal dalam kecelakaan pesawat pada 27 Juni 2005. Saat itu ia mengemudikan pesawat ultralight CGS Hawk Arrow.
Setelah kematian John, ibu Lukas mewarisi kekayaannya sebesar USD18,2 miliar (Rp271 triliun) yang menjadikannya wanita terkaya di dunia. Namun, pada 2015 informasi ini terungkap tidak benar.
Beberapa dokumen pengadilan yang diungkap oleh Bloomberg menyatakan bahwa Lukas adalah satu-satunya pewaris kekayaan massal yang ditinggalkan ayahnya. Ibunya tidak sekaya yang diperkirakan sebelumnya.
Lukas pun lulus kuliah tahun 2010 dari Colorado College dan mendapatkan gelar Bisnis Ramah Lingkungan. Ia juga mempelajari efisiensi energi dan energi hidrologi panas bumi di Reykjavik, Islandia.
Karir Lukas Walton
Setelah lulus, Lukas tak langsung bekerja di Walmart. Melainkan ia mulai bekerja di sebuah perusahaan modal ventura bernama True North Venture Partners. Perusahaan ini didirikan oleh Michael J Ahearn, yang kemudian menjadi managing partner-nya.
Michael juga mantan mitra dari JWMA, perusahaan investasi yang dia dirikan dengan John T Walton, mendiang ayah Lukas.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Vladimir Potanin, Orang Terkaya di Rusia
Lukas aktif dalam investasi dan memiliki saham di perusahaan seperti Arvest Bank, First Solar, selain Walmart. Dia juga ketua Komite Program Lingkungan dari Yayasan Keluarga Walton yang memiliki kantor pusat di Arkansas, dengan kantor di Washington, Jersey City, New Jersey, dan Denver, Colorado. Yayasan tersebut memberikan USD535 juta (Rp7,9 triliun) dalam bentuk hibah untuk proyek-proyeknya.
Kehidupan Pribadi Lukas Walton
Lukas selalu menyembunyikan diri di media, sangat sedikit informasi tentang kehidupan pribadinya. Lukas dilaporkan masih lajang sampai sekarang. Adapun kekayaan bersihnya berasal dari warisan mendiang sang ayah yang mencapai USD16,3 miliar (Rp243 triliun).
