Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan bahwa kontribusi UMKM terhadap ekspor Indonesia masih rendah, yaitu sebesar 14,37 persen.
"Ini masih tertinggal dibanding negara-negara APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), yang telah mencapai 35 persen," kata Teten dalam webinar online, Senin (19/4/2021).
Baca Juga: Dirut PNM Yakin Holding BUMN Ultra Mikro Bisa Tingkatkan Daya Saing UMKM
Teten membeberkan, UMKM adalah tulang punggung perekonomian Indonesia. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan UMKM berkontribusi 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto. Tak hanya itu, sektor ini juga berkontribusi untuk menyerap tenaga kerja sebesar 97 persen.
Teten mengatakan sebanyak 86 persen pelaku usaha ekspor adalah usaha besar. Menurut dia, UKM sulit menembus pasar ekspor lantaran minimnya pengetahuan tentang pasar luar negeri, kualitas produk, hingga kapasitas produksi.
Di samping itu, para pelaku UMKM juga terkendala biaya sertifikasi yang tidak murah hingga kendala logistik. "Problem ini sudah lama kita ketahui. Kita perlu bergerak menyelesaikan masalah ini, sehingga mendapat solusi dengan cepat," katanya.
Di samping alasan-alasan tadi, Teten mengatakan UMKM juga dihadapi berbagai tantangan selama pandemi ini. Salah satunya adalah naiknya tarif pengiriman barang 30-40 persen.
Selain itu, mereka juga menghadapi persoalan berkurangnya volume ekspor dan impor, hingga pengurangan jadwal penerbangan internasional.
"Saat ini, sistem logistik dunia sedikit terganggu," kata Teten.
Untuk mengatasi kendala logistik, Teten Masduki mengatakan pemerintah telah bekerja sama dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.. Pemerintah juga mendukung UMKM untuk melakukan ekspor, tidak hanya secara mandiri menggunakan kontainer, namun juga penjualan langsung ke marketplace melalui Amazon, Lazada, dan platform lainnya.