Sebanyak 17 perusahaan Badan Usaha Milik Negera (BUMN) membuka peluang bagi UMKM dan koperasi masuk dalam kemitraan rantai pasok. Hal ini merupakan upaya pemerintah agar UMKM dan Koperasi naik kelas dan meningkatkan kualitas prodak yang hasilkan.
Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki mengatakan, sebanyak 17 BUMN dan dua perusahaan besar yang hadir dalam forum Kemitraan UKM/IKM dengan BUMN dan Usaha Besar di Gedung Smesco, Kamis (24/11/2022), merupakan upaya dan peluang bagi UKM dan koperasi masuk ke dalam kemitraan rantai pasok. Hal ini juga merupakan upaya pemeritah agar UMKM naik kelas. Pasalnya, 97 UMKM Indonesia bergerak di usaha mikro dan omzetnya masih mencapai Rp2 miliar setahun.
Baca Juga: UMKM Juara 2023 Dapat Menikmati Diskon Pengiriman 20% dan Layanan Creative Hub Gratis
"UMKM biar tidak mikro terus, omzet yang dapat masih Rp2 miliar setahun, kecil sekali. Forum ini menjadi program agar UMKM naik kelas. Salah satunya ingin mendorong ada kemitraan antara UMKM dan BUMN dan pengusaha besar," kata Menteri Teten dalam sambutanya.
Dalam hal ini, 17 BUMN dan dua usaha besar yang bermitra dengan UMKM dan Koperasi ialah PT Pertamina, PT PLN, PT Kimia Farma, PT Krakatau Steel, Perum Perhutani, PT RNI, PT Inka, Perum Bulog, PT PPI, PT Berdikari, PT Garam, PT Perikanan Indonesia, PT Bio Farma, PT Perkebunan Nusantara III, PT Pindad, PT Pupuk Indonesia, dan PT Sang Hyang Seri, serta Gramedia dan LULU.
Teten menyatakan, kemitraan UMKM di Indonesia masih sangat kecil, yaitu 7%. Berbeda dengan UMKM di China yang telah mencapai 70% karena UMKM-nya telah menjadi bagian industri seperti bidang otomotif, pertanian, kesehatan, makanan, dan lainnya yang bahannya dipasok dari UMKM dan koperasi.
"Kita ingin UMKM kita bagian dari industrialisasi. Tidak hanya memproduksi barang dan jasa dengan skill yang rendah, tapi naik kelas dengan berevoluasi menciptakan produk-produk berkreatif berbasis teknologi," ujarnya.
Teten menekankan, UMKM harus bersiap menjadi bagian kekuatan besar perkonomian dunia pada 2045. Hal ini harus diiringi dengan komitmen untuk menaikkan mutu produk dengan memanfaatkan inovasi, kreativitas, dan teknologi. "UMKM jangan terus membuat keripik, akik, batik, tapi ada produk-produk dengan inovasi, kreativitas, dan teknologi," jelasnya.
"Ada transfer kemampuan dan pengetahuan dalam mengelola manajemen bisnis. Ini menandakan UMKM naik kelas dari segala usaha dan teknologi produk usahanya," tegasnya.