CEO dan Founder Wahyoo, Peter Shearer mengaku senang dan berterima kasih kepada banyak media yang kerap meliput nilai-nilai positif yang mereka canangkan.
Dalam video YouTube "Why Invest in Startup? (Featuring Peter Shearer, Founder of Wahyoo) #Part1", sambil memamerkan kantor Wahyoo, Peter memamerkan culture value Wahyoo yaitu "PIPIS".
"Sengaja culture value kita singkat agar mudah diingat nah 'PIPIS' ini singakatan dari positive, innovative, peduli, integritas, sempurna," ujar Peter.
Baca Juga: Dulu Diremehkan, Pendiri Wahyoo Peter Shearer Kini Miliki 17.000 Mitra
Sebagai seorang pengusaha, Peter mengungkap penting untuk memiliki mindset yang positive, lingkungan yang positive dan kemudian inovatif. Peter mengatakan lingkungan kerjanya harus bisa mencetak problem solver, harus lebih kreatif dan punya ide-ide yang inovatif.
"Kemudian peduli karena kita ingin peduli dengan banyak orang. Integritas itu karena kita sebagai manusia harus punya integritas yang tinggi," tutur Peter.
Adapun sempurna sebenarnya karena bagaimana kita melakukan yang terbaik, lalu Tuhan yang menyempurnakan.
"Jadi segala sesuatu yang kita lakukan biar Tuhan yang menyempurnakan makanya disingkat gampang 'PIPIS'," terang Peter lagi.
Kemudian ada mural bertuliskan "Jutawan". Jutawan adalah harapan untuk pemilik warung makan supaya mereka semua bisa jadi orang yang jutawan, selain menjadi jutawan, mereka juga harus punya value jujur, tangguh dan menawan.
Dalam video tersebut, turut hadir Chandra Firmanto selaku Founder Managing Partner Indogen Capital yang juga salah satu investor Wahyoo.
"Wahyoo ini lebih dari sekadar investasi, social impact-nya luar biasa and saya terkesan sama Peter," ujar Chandra.
Alasan lain Chandra menjadi seorang investor, khususnya di Indonesia adalah karena Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi di Asia Tenggara. Chandra meyakini ini akan menjadi masa depan bagi kalangan millenial dan generation Z.
Selain Chandra, ada juga Hendry Willy yang merupakan Venture Capitalist and Partner di Indogen Capital. Menurut Willy, perkembangan dan tren bisnis di Asia Tenggara sudah terlihat arahnya yakni akan menjadi era digitalisasi.
Keduanya berawal sebagai Angel Investor, tetapi kemudian merasa kurang maksimal jika tidak memiliki tim untuk follow up, terhubung dengan startup, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, keduanya membantuk venture capital.
Chandra mengungkap harus banyak belajar untuk menjadi investor teknologi, karena 99% startup akan gagal. Hendry pun bernada serupa, ia mengatakan untuk menjadi investor harus mengerti apa yang akan kita investasikan.
