Akhir Oktober lalu, CEO Meta Facebook Mark Zuckerberg membuat pengumuman besar. Mulai dari pergantian nama menjadi Meta, dan membuat Metaverse.
Meski demikian, perusahaan induk itu masih akan mencakup portofolio merek yang sama seperti sebelumnya, seperti Facebook, Whatsapp, Instagram, dan Oculus, meskipun dengan tujuan baru: "untuk membantu menghidupkan metaverse" katanya.
Melansir Business Insider di Jakarta, Selasa (11/1/22) Zuckerberg sangat percaya pada konsep "metaverse" sehingga dia mempertaruhkan perusahaannya untuk itu.
Baca Juga: Ikuti Jejak Mark Zuckerberg, Shanghai Bakal Garap Metaverse dalam Rencana Pemerintahannya
Namun, langkah itu berdampak besar. Pada bulan-bulan sejak itu, hype untuk "metaverse" dan sekitarnya, NFT, teknologi blockchain, cryptocurrency, dan "Web3" telah meroket.
"Metaverse memiliki potensi untuk mengganggu hampir semua hal dalam kehidupan manusia," ujar seorang analis di Jefferies, Simon Powel.
Intelijen Bloomberg menggambarkan metaverse sebagai peluang pasar senilai USD800 miliar (Rp11,4 kuadriliun).
Perusahaan game besar bahkan telah mengumumkan inisiatif Web3, sebut saja pembuat "Assassin's Creed" Ubisoft dan pembuat "Final Fantasy" Square Enix. Mereka semua mengikuti jejak Zuckerberg.
Zuckerberg berulang kali mengklaim bahwa metaverse adalah penerus internet seluler saat ini, dan dia ingin memastikan bahwa Meta adalah pemain utama dalam apa pun yang akan datang.
Dalam presentasi video Oktober yang memperkenalkan Meta, Zuckerberg juga mendemonstrasikan seperti apa metaverse masa depan dan bagaimana cara kerjanya.
Video tersebut menggambarkan dunia di mana orang-orang melompat masuk dan keluar dari ruang virtual 3D, seperti yang ada di "The Matrix" dan "Ready Player One."
Padahal, di satu sisi, ini adalah visi dunia masa depan yang mengambil banyak konsep yang sudah lama ada, seperti dunia online bersama dan avatar digital, serta menggabungkannya dengan tren yang baru muncul, seperti NFT dan "pemberian tip" digital untuk pembuat konten.
Dalam arti lain, ini adalah visi yang mengambil realitas yang ada dan memanfaatkan lebih banyak peluang untuk monetisasi dan iklan.