CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan, Edward Tirtanata sangat percaya dalam mendirikan Kopi Kenangan hanya ada dua hal yang dapat membuat brand ini bertahan, yaitu nilai dan membentuk perusahaan yang kuat.
Nilai-nilai perusahaan ini dapat terbentuk melalui menguatamakan kepuasan pelanggan. Kopi Kenangan dihadirkan untuk menjadi penengah antara kopi instan dan kopi bermerek yang terkenal mahal. Oleh karena itu, Kopi Kenangan menawarkan produk dan layanan yang unggul.
Salah satunya adalah dengan memudahkan pelanggan, Kopi Kenangan memiliki aplikasi agar pelanggan mudah untuk memesan minuman di Kopi Kenangan sehingga pelanggan tinggal datang untuk mengambil pesanan.
Baca Juga: Edward Tirtanata Coba Ratusan Resep untuk Membuka Toko Pertama Kopi Kenangan
Selain itu, Edaward juga percaya dengan investasi pada sumber daya manusia, mengutamakan pelanggan sebagai prioritas nomor satu, karyawan nomor dua, kemudian pemegang saham nomor tiga.
"Karena kami percaya jika kami dapat terus membuat bahagia karyawan dan pelanggan, kami dapat memberikan imbal hasil yang memuaskan kepada para pemegang saham," ujar Edward dalam 'Kopi Kenangan: Dari Indonesia ke Asia Tenggara | Strategi Bisnis Kopi Kenangan | Hidden Masters'.
Kopi Kenangan kini sudah hampir menyamai sebagai kedai kopi nomor satu di Indonesia dalam hal pendapatan, jumlah kopi terjual atau jumlah gerai. Edward berharap besar agar tren tersebut terus berlanjut sehingga dapat membawa Indonesia ke panggung global. Karena itulah cita-cita terbesar Kopi Kenangan untuk menjadi "Brand Lokal, Go Global."
Edward kerap mengatakan kepada investor bahwa tujuannya saat ini adalah mendominasi pasar domestik untuk kemudian dapat melakukan ekspansi global.
Terkait IPO, pandemi telah mengendurkan niat Edward untuk membawa Kopi Kenangan IPO secepatnya. Ini karena menurutnya yang terpenting adalah kinerja perusahaan.
"Kami percaya ada 7 hal yang harus kami kerjakan sebelum kita bisa melantai di bursa," ujar Edward.
Beberapa di antaranya adalah menjadi fast-moving consumer goods, go international, menjadi B2c (business to consumer) terbesar di Asia Tenggara, dan lain sebagainya. Edward memperkirakan itu semua baru akan terealisasi pada tahun 2023.
Selain Kopi Kenangan, Edward juga memiliki bisnis Lewiss & Caroll yang merupakan kedai teh. Namun, saat 2-3 bulan pertama, brand tersebut tidak memiliki satu pelanggan pun sehingga Edward merasa sangat down.
Namun, ia mempelajari kekurangannya adalah kurang diferensiasi. Oleh sebab itu, Edward mulai berinovasi menawarkan 50 macam dan jenis teh, memviralkan produk tersebut hingga kini Lewiss & Caroll tetap berdiri hingga membuka beberapa cabang, meski belum sebanyak Kopi Kenangan.
Adapun Kopi Kenangan menjadi viral karena nama yang unik beserta nama-nama di menu yang juga tak kalah unik. Kopi Kenangan pun tercipta untuk memberikan 'pembeda' dari kebanyakan kedai kopi di luar sana. Terlebih, Kopi Kenangan tidak membuka sistem waralaba agar semua store dimiliki oleh perusahaan sehingga kualitas produk dan karyawannya pun terjaga.
Selama pandemi Covid-19, Kopi Kenangan justru tumbuh dengan penjualan meroket 2,2x secara tahunan. Ditambah lagi, Kopi Kenangan sudah kembali mendapatkan profit meski pandemi tak kunjung usai.
"Pembelajaran terbesar di sini adalah dalam krisis apapun, sangat penting untuk membuat keputusan berdasarkan data," tutur Edward.
Seperti saat pandemi, kawasan perkantoran sangat sepi pembeli. Namun, di kawasan ruko perumahan, penjualan tumbuh berkali lipat hingga menjual lebih dari 1.000 gelas kopi dalam satu hari. Oleh karena itu, di tengah pandemi, Edward justru ekspansi secara agresif dan semakin mendekati pelanggan.
Dengan keputusan itu, Kopi Kenangan pun mampu keluar dari pandemi dan bertumbuh 2,2 kali lipat.
"Kami benar-benar berada di jalur untuk melipatgandakan pendapatan bulanan kami pada akhir tahun ini yang akan menjadikan kami sebagai rantai bisnis kopi terbesar di Indonesia," tandas Edward.
Edward sangat berharap dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan brand Kopi Kenangan.
Lebih lanjut, sebagai seorang pengusaha sudah pasti Edward memiliki harta yang berlimpah. Namun dengan rendah hati ia mengatakan bahwa uang hanyalah angka.
"Selama saya bisa melakukan sesuatu yang melampaui batasan diri saya, maka bagi saya, uang hanyalah angka," ujar Edward. "Saya ingin lebih dari sekadar memperoleh angka tinggi kekayaan bersih individu."
Edward juga mengatakan bahwa ia hidup dengan cukup sederhana dan tak suka menghamburkan uang.
"Saya tidak perlu naik limosin setiap hari atau memiliki jet pribadi. Bagi saya, itu tidak begitu menarik," tandasnya lagi. "Yang benar-benar menarik bagi saya adalah melakukan yang terbaik setiap hari dan melakukan rekorĀ terbaru setiap hari. Itulah hidup yang saya impikan."