Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melepas ekspor produk briket arang balok dari UKM asal Tasikmalaya, Jawa Barat, CV Mandiri Persada, dengan tujuan Hongkong dan Irak. Tujuan Hongkong sebanyak 18 ton senilai Rp305 juta dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp14.200 per dollar AS, dan ke Irak sebanyak 26 ton dengan nilai Rp316 juta.
Selain Hongkong dan Irak, briket CV Mandiri Persada juga sudah menghiasi pasar belasan negara lainnya di Eropa, Asia, hingga Amerika. Di antaranya Lebanon, Maroko, Qatar, Arab Saudi, Brazil, Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Turki, dan sebagainya.
Baca Juga: KemenkopUKM dan Dua Kementerian Kolaborasi Dorong Koperasi, UMKM, dan IKM Bermitra dengan BUMN
Teten mengungkapkan, pihaknya memiliki target untuk mengurangi jumlah usaha mikro yang mayoritas lahir karena tidak terserap lapangan kerja. "Sosok usaha kecil seperti CV Mandiri Persada ini yang harus terus kita kembangkan dan besarkan agar naik kelas," tandas Teten, dalam acara pelepasan ekspor CV Mandiri Persada, di Neglasari Jamanis, Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (11/9).
Terlebih lagi, lanjut Menkop-UKM, kebutuhan dunia akan briket terus meningkat, seiring dengan kampanye isu lingkungan anti-batu bara di berbagai belahan dunia. "Bahkan, ke depan, tren minyak kelapa bakal makin menggeser minyak sawit," ungkap Teten.
Teten menambahkan, pihaknya sedang mengembangkan aneka produk berbasis kelapa, seperti santan, tepung, dan sebagainya. "Kita harus besarkan di sektor hulunya," kata Teten.
Menkop-UKM berharap Pemkab Tasikmalaya mampu menjawab kebutuhan bahan baku usaha briket dengan cara menambah kebun kelapa dan merestorasi kebun bambu. "Pasar ada, tapi belum optimal. Artinya, supply chain belum terhubung dengan baik," imbuh Teten.
Anggota Komisi VI DPR RI M Husein Fadlullah yang turut hadir di sana mengatakan, usaha kecil seperti ini sangat layak untuk dibesarkan. "Karena memiliki multiplier effect yang sangat banyak," kata Husein.
Sementara, Dirut Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) Supomo mengatakan, produk briket dari UKM Tasikmalaya ini telah mampu menembus pasar global seiring dengan adanya permintaan ekspor ke negara-negara di Timur Tengah, Asia, dan Eropa.
"Sejalan dengan program pemerintah, saat ini produk dari koperasi sektor riil maupun produk UMKM berorientasi ekspor tengah ditingkatkan, baik dari sisi produksi, akses pasar, tata kelola, dan pembiayaan," ungkap Supomo.
Dari sisi pembiayaan, pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM juga mendorong peningkatan pembiayaan koperasi sektor riil melalui LPDB-KUMKM. "Harapannya, makin banyak koperasi sektor riil yang mengakses pembiayaan dari LPDB-KUMKM yang mudah, murah, dan cepat, serta mampu memberikan pembiayaan yang akuntabel dan profesional kepada para anggota dan pelaku UMKM yang tergabung dalam koperasi," papar Supomo.
Sementara itu, Direktur CV Mandiri Persada Dewi Sinta mengungkapkan bahwa Mandiri Persada merupakan anggota dari Koperasi Makmur Mandiri (KMM) yang juga mitra LPDB-KUMKM. "Sejak dibina KMM dan LPDB-KUMKM, ekspor briket yang tadinya hanya 6 kontainer menjadi 19 kontainer per bulan," ungkap Dewi.
Untuk pembiayaan, produsen briket ini telah mendapatkan pembiayaan dari KMM sebesar Rp2,5 miliar melalui dua tahap. Yakni, pada 2020 sebesar Rp1,5 miliar dan 2021 sebesar Rp1 miliar. "Itu digunakan sebagai modal kerja, mulai dari produksi, proses ekspor, dan pembelian bahan baku," kata Dewi.
Dewi menjelaskan, produk dari CV Mandiri Persada ini menggunakan bahan baku batok kelapa dan arang bambu alami yang ramah lingkungan untuk kebutuhan bahan bakar domestik. Mulai dari memasak, pemanggangan, pengasapan pipa air, serta kebutuhan sisha, hookah, dan argileh.
Dewi mengatakan, meski permintaan meningkat, masih menemui beberapa kendala seperti ketersediaan bahan baku dan mahalnya ongkos pengiriman. "Bahan baku tempurung kelapa berasal dari Aceh, Medan, Pangandaran, dan Sulawesi. Kita banyak menolak buyer karena keterbatasan bahan baku," kata Dewi.
Terkait pengiriman, Dewi mengungkapkan, kendalanya terletak pada lamanya pengiriman dan mahal. "Kapal tidak mau mengangkut arang, takut meledak. Padahal, produk kita aman tidak meledak dan sudah disurvei lembaga berwenang," aku Dewi.
Untuk akses logistik, lanjut Dewi, produk briket arang Tasikmalaya ini menggunakan pengiriman jalur laut melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, dan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Lebih dari itu, menurut Dewi, usaha briketnya juga melibatkan masyarakat di dua kampung, atau sekitar 80-an kepala keluarga. "Ke depan, bila kapasitas produksi kita tingkatkan, jumlah tenaga kerja akan kita tambah," pungkas Dewi.