Salah satu orang terkaya di Indonesia dilaporkan telah membeli aset properti bekas istana Jerman. Ialah Sukanto Tanoto yang membeli properti bekas istana Raja Ludwig di Munchen, Jerman. Harga properti itu pun tidak murah. Menurut laporan OpenLux, harga properti yang dibeli Sukantor mencapai 350 juta euro atau setara dengan Rp6 triliun!
Angka tersebut sangat fantastis tetapi bukan hal yang tidak bisa dibeli oleh sosok miliarder ini. Menurut catatan Forbes, Sukanto memiliki harta mencapai USD1,4 miliar atau setara dengan Rp19,6 triliun (kurs Rp14.000/USD).
Sukanto adalah orang terkaya ke-22 di Indonesia pada tahun 2019-2020. Ia berada di urutan ke-1.730 orang terkaya dunia.
Baca Juga: Taipan Minyak Singapura Bangkrut Rp54 Triliun, Status Miliardernya Langsung Dicabut Forbes!
Sukanto memiliki bisnis yang sudah ia dirikan sejak tahun 1967 sebagai bidang pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi industri minyak. Sukanto juga terkenal lewat perusahaan yang ia dirikan Royal Golden Eagle (RGE) yang bergerak di bidang kayu lapis, pulp dan kertas, minyak kelapa sawit, hingga pengembangan sumber daya energi.
RGE pun berkemban hingga menjadi pemain global. Bisnisnya pun telah menggurita menjadi bisnis terkemuka di bidang industri pulp dan kertas melalui APRIL dan Asia Symbol, minyak kelapa sawit melalui Asian Agri dan Apical, serat viscose (Sateri dan Asia Pacific Rayon), selulosa khusus (Bracell), serta pengembangan sumber daya energi (Pacific Oil & Gas).
Wilayah operasi bisnis Sukanto pun tidak main-main yakni berada di Indonesia, China, Brasil, Spanyol, serta berbagai kantor pemasaran di banyak negara di seluruh dunia.
Selain itu, kelompok usahanya yang lain yakni Bracell telah menjadi salah satu produsen selulosa khusus terbesar di dunia. Selulosa khusus adalah sebuah bahan yang biasa digunakan dalam segala hal mulai dari tisu bayi hingga es krim.
Meski bisnis dan hartanya bejibun, Sukanto tak lupa berbagi. Ia memiliki organisasi filantropi bernama Tanoto Foundation yang ia dirikan bersama istri pada tahun 1981 untuk bidang pendidikan.