Para pengusaha ritel masih berharap adanya insentif listrik yang diberikan oleh pemerintah. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey. Aprindo juga menyampaikan opsi yakni pemberian insentif setengah dari jam operasional.
"Bisa saja tidak hanya jam keseluruhan ritel yang disubsidi, misalnya kita buka ritel dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam, kita bisa diberikan setengahnya saja pada saat peak hour itu pun sudah sangat membantu," ujar Roy dalam acara Market Review IDX Channel sebagaimana dikutip dari Okezone di Jakarta, Senin (27/7/2020).
Baca Juga: Pengusaha Nilai RUU Cipta Kerja Jawaban Tantangan Ekonomi Global
Menurut Roy, beban listrik di masa pandemi Covid-19 turut membebankan peritel. Dia pun memberi contoh seperti yang dilakukan di modern supermarket harus terus menghidupkan chiler dan refrigerator.
"Kalau air conditioner kita sudah mengurangi karena bebannya signifikan, sehingga yang diperlukan adalah bahan-bahan pendukung untuk kita tetap beroperasi," kata dia.
Alasan peritel meminta insentif listrik disebutkan Roy lantaran dari dua kebijakan yang telah dikeluarkan PLN, yaitu insentif listrik kepada pelanggan dengan golongan 450 VA dan 900 VA dan sektor industri hulu seperti pabrik dan manufaktur yang diberikan diskon listrik.
"Bila mereka (pabrik) beroperasi dari pukul 00.00-07.00 pagi mereka mendapatkan potongan hingga 30% dan ini sangat membantu karena mereka akan mengalokasikan produksi hingga jam tersebut dan ini akan memberikan dampak baik," ungkapnya.
Selain itu, Aprindo juga berharap pemerintah menurunkan kredit korporasi di tengah pandemi Covid-19. Hal ini merupakan permintaan lain Aprindo selain meminta insentif listrik untuk menolong beban ritel.
Roy mengatakan, kredit korporasi cukup mempengaruhi biaya beban operasional, di mana kredit korporasi saat ini masih dengan bunga normal sekitar 12%-13%. Ia pun berharap adanya kredit korporasi dengan bunga di bawah 1,5-2%.
Pihaknya juga akan melakukan apapun untuk menjaga pengusaha ritel tetap menjalankan bisnisnya. Dia menyebut, ritel harus tetap beroperasi karena telah memberikan kontribusi besar dalam perekonomian konsumsi rumah tangga. Disebutkan pada PDB semester I tahun lalu mencapai 58,6%.
"Ini satu satunya yang harus kita jaga saat ini karena kita tau banyak ekonom termasuk world bank mengatakan kita 0% pertumbuhan, tetapi jangan sampai di bawah itu berarti tidak ada jalan lain harus dijaga konsumsi," ucapnya.