Usai dua WNI positif terinfeksi virus corona, sejumlah masyarakat Indonesia langsung melakukan panic buying hingga berdampak pada lonjakan penjualan ritel. Berdasarkan catatan dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) jumlah belanja harian naik 10% hingga 15% dibandingkan hari biasannya.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan, meski mengalami lonjakan, kenaikan jumlah belanja harian ini disebut tidak terlalu signifikan dan hanya bersifat sementara.
Baca Juga: Kehabisan Masker dan Hand Sanitizer? Tenang! Pengusaha Ritel Bakal Terus Pesan ke Distributor
Pasalnya, ada kemungkinan jumlah belanja harian bisa turun. Hal ini lantaran semua kebutuhan sudah terpenuhi dan dibeli sehingga masyarakat enggan kembali belanja untuk waktu yang lama. "Kenaikannya hanya bersifat sementara dan naiknya juga tidak terlalu signifikan, sekitar 10% sampai 15%," ujarnya.
Roy pun mengaku cukup terkejut saat aksi panic buying ini terjadi begitu cepat yakni hanya berselang beberapa menit sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan ada 2 Warga Negara Indonesia (WNI) yang terkena virus corona.
Berdasarkan catatannya, ada enam daerah yang ramai melakukan aksi panic buying. Keenam daerah tersebut bermula dari DKI Jakarta dan diikuti oleh daerah lainnya seperti Bandung dan Surabaya.
Oleh karena itu, Roy menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak panik menanggapi peristiwa corona ini. Sebab, ketersediaan bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari masih aman dan cukup tersedia.
"Pasokan sangat aman, para peritel memastikan stok aman dan tidak ada kelangkaan barang," jelasnya.