Perusahaan raksasa otomotif asal Amerika Serikat, General Motors (GM) yang mengambil keputusan untuk angkat kaki dari Australia, Selandia Baru dan Thailand dianggap sebagai bagian dari strategi mereka demi keluar dari pasar yang tidak menghasilkan pengembalian investasi.
Dalam sebuah pernyataan hari Minggu, (16/2/2020), perusahaan itu mengatakan berencana menurunkan angka penjualan, operasi teknik dan desain untuk merk Holden yang bersejarah di Australia dan Selandia Baru pada tahun 2021.
Tak hanya itu, perusahaan tersebut juga berencana menjual pabrik Rayong di Thailand pada Great Walls Motors China dan menarik merk Chevrolet dari Thailand pada akhir tahun ini.
Baca Juga: Selain Indosat, 4 Perusahaan Ini Juga Pernah Lakukan PHK Karyawan
General Motors mempekerjakan 828 orang di Australia dan Selandia Baru, dan sekitar 1.500 lainnya di Thailand. Di Thailand, keputusan menjual pabrik di Rayong, yang terletak di selatan Bangkok, mungkin akan menjadi kabar baik bagi pekerja di sana.
Great Wall Motors, pabrik pembuat mobil jenis pickup dan SUV, mengatakan berniat memperluas operasinya di Asia Tenggara dengan menggunakan pabrik di Thailand sebagai markas utama.
“Kami juga akan mempromosikan pengembangan rantai pasokan lokal, penelitian dan pengembangan, serta industri-industri terkait, serta memberikan lebih banyak kontribusi pada pemerintah lokal di Rayong dan sekaligus pemerintah Thailand,” demikian ujar Wakil Presiden Great Wall Untuk Urusan Strategi Global, Liu Xiangshang.
Thailand masih bertekad untuk menjadi “Detroit Asia,” ujar juru bicara Kementerian Industri Krichanont Iyapunya. Ditambahkannya, penutupan dan pembukaan pabrik-pabrik itu berlangsung secara hampir bersamaan. “Industri otomotif harus dapat beradaptasi,” ujar Krishanont.
Sepanjang tahun lalu General Motors telah berjuang keras di Asia. Operasi internasionalnya, yang mencakup China, telah merugi hingga USD200 juta tahun lalu
Sebelumnya juga General Motors (GM) dikabarkan berencana menutup salah satu dari empat pabriknya di Korea Selatan. Penutupan pabrik ini diperkirakan akan membuat GM rugi USD850 juta, sebagai bagian dari restrukturisasi bisnis money-lose di ekonomi keempat terbesar di Asia.
Melansir Reuters, Rabu (14/2/2018), Presiden GM Dan Ammann mengatakan, langkah ini menjadi langkah terakhir dalam serangkaian upaya untuk memperoleh keuntungan dan inovasi menjelang penjualan. Sejak 2015 GM telah keluar dari pasar yang tidak menguntungkan termasuk Eropa, Australia, Afrika Selatan dan Rusia.
Namun, untuk keluar dari Korea GM membutuhkan dana sekira USD850 juta untuk restrukturisasi, termasuk USD375 juta dalam bentuk tunai terkait dengan gaji karyawan. Sebagian besar keuangan tersebut akan dikeluarkan pada akhir kuartal kedua.
Langkah pertama dalam rencana restrukturisasi Korea Selatan adalah penutupan pabrik GM di Gunsan, sebelah barat daya Seoul, yang mempekerjakan 2.000 tenaga kerja. Adapun total tenaga kerja di GM Korea Selatan diperkirakan mencapai 16.000 orang.