Sabtu, 23 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Menkop-UKM Tekankan Pentingnya Percepatan Program Pengembangan Ekosistem KUMKM

Foto Berita Menkop-UKM Tekankan Pentingnya Percepatan Program Pengembangan Ekosistem KUMKM
WE Entrepreneur, Jakarta -

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop-UKM) Teten Masduki menekankan pentingnya percepatan program pengembangan ekosistem bagi koperasi dan UMKM, di antaranya meningkatkan kemitraan usaha antara UMKM dengan usaha besar, serta meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan.

"Sebanyak 93% usaha mikro dan kecil belum menjalin kemitraan dengan usaha besar. Di sisi lain, akses pembiayaan juga dirasa masih cukup sulit bagi UMKM," ucap Menkop-UKM Teten Masduki dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga: Menkop-UKM Berdialog dengan Mahasiswa di Solo Bahas Wirausaha

Menteri Teten menegaskan, hal tersebut menjadi tantangan besar bagi UMKM untuk meningkatkan produktivitasnya ataupun masuk ke dalam rantai pasok. Untuk itu, diperlukan dukungan serta kolaborasi dari seluruh stakeholder untuk mengatasi tantangan tersebut. "Kemudian, diharapkan dapat memaksimalkan output potensial sehingga pertumbuhan ekonomi mampu kembali secara berkelanjutan," kata Menkop-UKM.

Menteri Teten mengatakan, akses pembiayaan bagi koperasi dan UMKM akan diperbesar dengan target sebesar 30% kredit perbankan untuk pelaku UMKM. "Memang, ada KUR Rp100 juta yang tanpa agunan. Namun, praktiknya di lapangan masih sulit," ucapnya.

Oleh karena itu, Menteri Teten meminta pihak perbankan untuk mengubah pendekatan kredit, dari agunan ke kelayakan usaha. "Harus dengan sistem digital dalam menilai kinerja UMKM sehingga memudahkan bagi credit scoring UMKM," kata Menkop-UKM.

Maka, Menkop-UKM mendorong laporan keuangan UMKM dengan sistem digital. Sebab, selama ini, masih banyak UMKM dengan model laporan keuangan keluarga. Lebih dari itu, Menkop-UKM juga mendorong UMKM untuk memiliki business plan untuk memudahkan investor masuk, selain memudahkan bank menyalurkan kredit. "Kami sudah membangun Smesco Hub Timur di Bali untuk mengembangkan pasar produk UMKM wilayah Timur Indonesia," kata Menteri Teten.

Untuk UMKM naik kelas, Menteri Teten meminta agar lebih selektif, terkait UMKM yang memang memenuhi syarat untuk bisa scalling up. "Harus bisa menjadi bagian dari rantai pasok yang terintegrasi dengan industri besar. Tanpa itu, UMKM susah untuk naik kelas," ucapnya.

Saat ini, baru sekitar 4,1% UMKM yang masuk ke dalam Global Value Chain. Ekspor UMKM terbilang masih rendah. "Namun, dengan kemitraan tadi, bila industri meningkat, UMKM pun ikut terkerek naik," kata Menteri Teten.

Sementara, untuk meningkatkan kualitas produk UMKM setara dengan industri, Menkop-UKM sudah menggulirkan program Rumah Produksi Bersama (Factory Sharing) untuk sektor-sektor usaha seperti kuliner, kosmetik, dan fesyen. Perguruan tinggi juga didorong untuk membangun inkubator bisnis yang terintegrasi dengan risetnya. "Jadi, kami akan mendorong UMKM yang naik kelas itu yang berbasis high tech," katanya.

Program percepatan lainnya adalah memberikan kemudahan perizinan dari informal ke formal, termasuk di dalamnya izin edar produk UMKM dari Badan POM.

Menteri Teten akan lebih mengefektifkan program belanja pemerintah 40 persen untuk produk UMKM dalam e-Katalog dan katalog daerah. Termasuk belanja BUMN agar bisa masuk rantai pasok industri. "Jangan sampai e-Katalog didominasi produk-produk usaha besar. UMKM perlu pendampingan," ucap Menkop-UKM.

Baca Juga: KemenKopUKM Ajak Kementerian/Lembaga dan Pemda Maksimalkan Belanja Produk Lokal di E-Katalog

Terkait koperasi bermasalah, Menteri Teten menegaskan akan memperketat pengawasan koperasi, khususnya KSP. Bagi Menkop-UKM, usaha besar tidak boleh ikut mendirikan koperasi. Karena, sejatinya, koperasi adalah close loop system, yakni wadah usaha untuk pelaku usaha kecil. Jika ada koperasi yang melakukan praktik shadow banking, Menteri Teten mendorong mereka untuk berubah menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Di samping itu, Menteri Teten juga terus memperkuat koperasi di sektor pangan lewat Program Korporatisasi Petani. Salah satunya adalah mendorong petani sawit membangun koperasi untuk mendirikan industri atau pabrik minyak makan merah.

Di sektor kelautan, akan dibangun banyak SPBU khusus untuk melayani kebutuhan BBM bersubsidi yang dibutuhkan nelayan di seluruh Indonesia. Saat ini, dari 11 ribu desa nelayan yang ada, hanya memiliki sekitar 388 SPBU nelayan.

"Para nelayan akan terdata secara digital by name, by address, dan by volume, lewat platform My Pertamina sehingga nantinya tidak akan ada lagi penyelundupan solar bersubsidi," kata Menteri Teten.

Tag: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop-UKM), Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Penulis: ***

Editor: Puri Mei Setyaningrum

Foto: Kemenkop-UKM