Pendiri Evergrande Group, Xu Jiayin atau Hui Ka Yan pernah merasakan kesuksesan yang mentereng. Perusahaan raksasa properti yang ia dirikan pernah membuatnya menjadi orang terkaya di China pada tahun 2017. Bahkan saat itu, Hui berhasil mendepak pendiri Alibaba, Jack Ma.
Sayangnya saat ini Hui berada di ambang kebangkrutan. Evergrande berutang pada 128 bank dengan total utang lebih dari USD300 miliar (R4.275 triliun). Total utang itu pun terbesar dalam sejarah.
Ditambah lagi, Evergrande mengalami krisis likuiditas dan utang kepada karyawan, serta pembeli rumah yang sudah melakukan uang muka. Kekhawatiran kebangkrutan Evergrande ini pun membuat investor seluruh dunia gelisah.
Baca Juga: Pendiri Evergrande, Hui Ka Yan Bakal Tetap Jadi Miliuner Meski Perusahaannya Bangkrut karena Utang
Lantas, bagaimana perjalanan hidup Hui Ka Yan selaku pendiri perusahaan?
ternyata, Hui lahir di tengah kemiskinan. Ia lahir di desa kecil daerah Henan pada tahun 1958. Setelah beberapa bulan dilahirkan, Hui kehilangan ibunya. Setelah itu, ia diasuh oleh nenek dari pihak ayahnya yang merupakan veteran perang dan harus bekerja di sebuah gudang.
Kehidupan masa kecilnya sangat memprihatikan. Saat itu China mengalami bencana ekonomi dan kelaparan. Hui sendiri sering kelaparan sejak kecil. Ia hanya makan ubi jalar dan roti kukus. Hidupnya pun serba kekurangan sehingga ia tak pernah membeli pakaian baru. Pakaiannya pun penuh dengan tambalan.
"Benar-benar ditambal di semua tempat dan yang saya makan hanya ubi jalar dan roti kukus. Saya ingin meninggalkan desa secepatnya, mencari pekerjaan di kota dan bisa makan lebih baik," kenang Hui sebagaimana dikutip dari Morning Express di Jakarta, Senin (27/9/21).
Setelah revolusi budaya berakhir pada tahun 1977, Hui pun mencoba mendaftar di universitas tetapi gagal. Tahun berikutnya, ia kembali mendaftar dan berhasil diterima di Wuhan Institute of Iron and Steel. Dosennya, Meng Xiankun mengingat Hui sebagai mahasiswa yang banyak bicara dan mudah bergaul. Ia juga sempat ditunjuk sebagai komisioner kesehatan kelas.
Setelah lulus kuliah, saat itu China masih dalam bayang-bayang ekonomi komando, Hui pun mendapat kesempatan bekerja di sebuah pabrik baja di kota kelahirannya. Dengan cepat ia menjadi sosok yang menonjol.
"Dia pandai dalam pekerjaannya, rendah hati, pekerja keras, sangat pintar, pandai berurusan dengan orang," puji atasannya.
Saat masih muda, Hui sangat ambisius. Ia pun tak puas dengan pekerjaannya. Hingga akhirnya pada tahun 1992, Hui mencari pekerjaan ke Shenzhen, sebuah kota kecil di perbatasan dengan Hong Kong. Di sinilah, banyak miliarder sukses lahir mengembangkan bisnis mereka dan mencapai kesuksesan.
Pada tahun 1996, Hui akhirnya mendirikan Evergrande di Guangzhou. Selama 25 tahun berdiri, perusahaan sukses besar. Bahkan, ketika grup tersebut IPO di Hong Kong pada 2009, Evergrande berhasil mengumpulkan dana USD9 miliar.
Sayangnya, Evergrande mengutang dalam jangka waktu yang lama dan jumlah yang besar pula. Mereka secara agresif menjual apartemen yang bahkan belum dibangun. Bahkan, mereka juga mengakuisisi klub sepak bola terbesar di China, Guangzhou FC, dan menandatangani kontrak dengan mantan pelatih kepala Italia Marcello Lippi dalam kesepakatan senilai sekitar 30 juta euro pada 2012.
Selera Hui akan kemewahan membuatnya mendapatkan julukan 'belt brother', ini karena ia memasuki konferensi legislatif tahunan China dengan ikat pinggang emas dengan logo H atau Hermes.
Alhasil, dalam beberapa tahun terakhir, Beijing mulai memberikan serangkaian peraturan untuk menahan pinjaman perusahaan properti. Tetapi, itu sudah terlambat bagi Evergrande dan Hui Ka Yan yang hari ini memiliki utang bergunung-gunung.