Miliarder dunia telah melihat kekayaan mereka melonjak lebih dari USD5,5 triliun (Rp79.113 triliun) sejak awal pandemi pada Maret 2020, naik lebih dari 68 persen. Sebanyak 2.690 miliarder global melihat kekayaan gabungan mereka meningkat dari USD8 triliun (Rp115.074 triliun) pada 20 Maret 2020 menjadi USD13,5 triliun (Rp194.267 triliun) pada 31 Juli 2021, ini semua berdasarkan data dari Forbes.
Total kekayaan miliarder global telah meningkat lebih banyak selama 17 bulan terakhir dari pandemi daripada dalam 15 tahun sebelum pandemi. Antara 2006 dan 2020, kekayaan miliarder global meningkat dari USD2,65 triliun menjadi USD8 triliun, naik USD5,35 triliun.
Baca Juga: Menarik! Jeff Bezos hingga Bill Gates, Sederet Miliarder Ini Investasi Bareng di Perusahaan Mineral!
Dilansir dari Inequality.org di Jakarta, Kamis (12/8/21) miliarder dunia telah menuai rejeki nomplok yang tidak pantas di tengah jutaan orang kehilangan nyawa dan mata pencaharian mereka.
Pandemi telah meningkatkan ketidaksetaraan global dengan orang kaya mengambil untung dari penutupan ekonomi jalanan utama di seluruh dunia.
Aktivis kesetaraan global menyerukan kepada pemerintah nasional untuk memungut pajak 99 persen satu kali atas keuntungan pandemi rejeki miliarder ini. Dana tersebut disebut untuk membayar semua orang di Bumi untuk divaksinasi terhadap COVID-19 dan memberikan hibah tunai USD20.000 (Rp287 juta) kepada semua pekerja yang menganggur.
Analisis dan proposal yang dirilis hari ini oleh Oxfam, Fight Inequality Alliance, Institute for Policy Studies, dan Patriotic Millionaires menyerukan kepada pemerintah untuk mengenakan pajak kepada orang-orang sangat kaya yang mendapat untung dari krisis pandemi untuk membantu mengimbangi biayanya.
Pajak miliarder Covid-19 akan meningkatkan USD5.445 triliun dan masih membuat 2.690 miliarder dunia USD55 miliar lebih kaya daripada sebelum virus menyerang yakni rata-rata USD37 juta per miliarder.
Kekayaan Jeff Bezos bos Amazon meningkat sebesar USD79,4 miliar selama pandemi, meningkat dari USD113 miliar pada Maret 2020 menjadi USD192,4 miliar pada 31 Juli 2021. Diperkirakan 325 miliarder baru bergabung dengan 'klub 3-koma' sejak pandemi mulai atau satu miliarder baru tercipta setiap hari.
Selain itu, keuntungan yang diperoleh Big Pharma telah membuat CEO Moderna dan BioNTech menjadi miliarder. Krisis Covid-19 telah mendorong lebih dari 200 juta orang ke dalam kemiskinan dan membuat perempuan di seluruh dunia kehilangan pendapatan USD800 miliar (Rp11.510 triliun) pada tahun 2020, setara dengan lebih dari gabungan PDB 98 negara.
Pada saat yang sama, 11 orang meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi setiap menit, melampaui kematian akibat Covid-19.
“Dengan pajak 99 persen atas perolehan kekayaan miliarder akibat Covid-19, kami memanggil waktu di zaman keserakahan ini,” kata Njoki Njehu, koordinator Pan Afrika dari Fight Inequality Alliance.
“Lonjakan kekayaan miliarder global karena jutaan orang telah kehilangan nyawa dan mata pencaharian mereka adalah penyakit yang tidak dapat ditanggung oleh negara-negara lagi,” kata Morris Pearl, mantan direktur pelaksana di Blackrock dan ketua Patriotic Millionaires.
“Orang kaya menjadi semakin kaya tanpa henti tidak baik untuk siapa pun. Ekonomi kita terdesak sumber daya yang ditimbun ini yang dapat melayani tujuan yang jauh lebih besar. Miliarder perlu mengeluarkan uang tunai itu dan pemerintah perlu membuat mereka melakukannya dengan memajaki kekayaan mereka.” lanjut Pearl.
Setelah Perang Dunia I dan II, pajak kekayaan satu kali dikenakan di negara-negara Eropa dan Jepang untuk mendanai rekonstruksi. Prancis, misalnya, mengenakan pajak atas keuntungan kekayaan masa perang yang berlebihan pada tingkat 100 persen setelah Perang Dunia Kedua.
Baru-baru ini, setelah krisis keuangan global tahun 2008, negara-negara termasuk Islandia memperkenalkan pajak kekayaan sementara untuk membantu mengisi kembali kas publik.