Perlombaan miliarder ke luar angkasa membuat para ilmuwan khawatir akan perubahan iklim. Pasalnya, dengan meningkatkan jumlah penerbangan roket, ini dapat merusak atmosfer bumi sehingga berkontribusi pada perubahan iklim.
Sebagaimana diketahui, ketika miliarder Richard Branson dan Jeff Bezos terbang ke luar angkasa, sebagian besar dunia bertepuk tangan kagum.
Tetapi bagi beberapa ilmuwan, dilansir dari Space.com di Jakarta, Kamis (29/7/21) tonggak ini mewakili hal lain dari sekedar pencapaian teknis. Dalam kasus SpaceShipTwo, kendaraan yang dioperasikan oleh Branson's Virgin Galactic, penerbangan ini ditenagai oleh mesin hibrida yang membakar karet dan meninggalkan awan jelaga.
Baca Juga: Imingi NASA Rp29 Triliun, Elon Musk Ketawa Ngeledek Jeff Bezos! Kalah Saing Bos?
"Mesin hibrida dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar, tetapi mereka selalu menghasilkan banyak jelaga," kata Filippo Maggi, profesor teknik kedirgantaraan di Politecnico di Milano, Italia. "Mesin ini bekerja seperti lilin, dan proses pembakarannya menciptakan kondisi yang menguntungkan untuk menghasilkan jelaga."
Untuk diketahui, jelaga adalah butiran-butiran arang yang halus dan lunak yang terjadi dari asap lampu dan sebagainya yang berwarna hitam. butiran jelaga ini bertanggung jawab atas 20% pemanasan global yang terjadi di bumi.
Menurut Dallas Kasaboski, analis utama di konsultan ruang angkasa Northern Sky Research, satu penerbangan pariwisata ruang angkasa suborbital Virgin Galactic yang berlangsung sekitar satu setengah jam dapat menghasilkan polusi sebanyak penerbangan trans-Atlantik selama 10 jam.
Beberapa ilmuwan menganggap itu cukup bikin gelisah, mengingat ambisi Virgin Galactic untuk menerbangkan turis yang membayar ke luar angkasa beberapa kali sehari.
"Bahkan jika pasar pariwisata suborbital diluncurkan di sebagian kecil dari jumlah peluncuran dibandingkan dengan industri [pariwisata] lainnya, masing-masing penerbangan mereka memiliki kontribusi yang jauh lebih tinggi, dan itu bisa menjadi masalah," kata Kasaboski kepada Space.com.
Roket Virgin Galactic tentu saja bukan satu-satunya penyebab. Semua motor roket yang membakar bahan bakar hidrokarbon menghasilkan jelaga. Mesin roket padat, seperti yang digunakan pesawat ulang-alik NASA membakar senyawa logam dan memancarkan partikel aluminium oksida bersama dengan asam klorida. Keduanya memiliki efek merusak pada atmosfer.
Menurut ilmuwan atmosfer di Aerospace Corporation, Martin Ross, sejauh ini, dampak peluncuran roket di atmosfer dapat diabaikan. Tapi itu hanya karena belum banyak peluncuran.
"Jumlah bahan bakar yang saat ini dibakar oleh industri luar angkasa kurang dari 1% dari bahan bakar yang dibakar oleh penerbangan," kata Ross kepada Space.com. "Jadi belum banyak penelitian, dan itu masuk akal. Tetapi banyak hal berubah dengan cara yang menunjukkan bahwa kita harus mempelajari ini lebih detail."
Northern Sky Research memperkirakan bahwa jumlah penerbangan wisata luar angkasa akan meroket selama dekade berikutnya, dari mungkin 10 per tahun dalam waktu dekat menjadi 360 per tahun pada 2030, kata Kasaboski.
Perkiraan ini masih jauh di bawah tingkat pertumbuhan yang dibayangkan oleh perusahaan pariwisata luar angkasa seperti Virgin Galactic dan Blue Origin.
Tingkat peluncuran roket yang mengantarkan satelit ke orbit diperkirakan akan meningkat juga. Tapi Kasaboski melihat potensi yang lebih besar untuk pertumbuhan pariwisata luar angkasa.