Ketika tersiar kabar bahwa China menekan Jack Ma Alibaba Group Holding Ltd. untuk menjual South China Morning Post (SCMP), para karyawan yang terkejut merenungkan masa depan harian berbahasa Inggris utama itu di Hong Kong.
Alibaba, pertama kali membeli SCMP pada tahun 2015 seharga USD266 juta (Rp3,8 triliun). Ia menyuntikkan uang tunai yang sangat dibutuhkan ke dalam operasi dan berjanji bahwa surat kabar berusia seabad itu akan mempertahankan independensi editorial.
Baca Juga: China Makin 'Kejam' ke Jack Ma, Aplikasi UC Browser Mendadak Hilang dari Android China
Meski demikian, dilansir dari Bloomberg di Jakarat, Kamis (18/3/21) surat kabar itu mendapat kritik terus-menerus karena condong ke arah Beijing di bawah Alibaba, wartawannya bahkan meliput protes pro-demokrasi 2019 di Hong Kong sambil juga menerbitkan beragam pendapat dan liputan yang mengkritik China.
Sekarang kekhawatiran tumbuh di antara beberapa anggota staf bahwa perusahaan milik negara China dapat mengambil alih dari Alibaba dan menempatkan surat kabar di bawah pengawasan Beijing.
Langkah seperti itu akan menandai salah satu pukulan paling signifikan, di mana media independen menghadapi tekanan yang meningkat sejak Beijing memberlakukan undang-undang keamanan nasional yang luas tahun lalu.
Beijing telah bergerak untuk membungkam gerakan demokrasi Hong Kong selama setahun terakhir, mengumpulkan para pembangkang dan membenahi sistem pemilihan untuk memberikan hak veto kepada Partai Komunis bagi siapa pun yang mencalonkan diri.
China dalam beberapa bulan terakhir telah meningkatkan tekanan pada jurnalis Hong Kong, terutama dengan penangkapan taipan media Jimmy Lai pada November, pendiri surat kabar pro-demokrasi Apple Daily, yang tetap ditahan atas tuduhan keamanan nasional setelah ditolak jaminan. Polisi juga melakukan penggerebekan terkenal di ruang redaksi Apple Daily, dan telah menangkap eksekutif lain dari penerbitnya Next Digital Ltd.
Jack Ma sendiri telah menjadi pusat tindakan keras pemerintah yang dimulai tahun lalu, menargetkan raksasa e-commerce dan afiliasi keuangannya Ant Group Co. The Wall Street Journal pertama kali melaporkan bahwa pemerintah China meminta Alibaba untuk melepaskan properti media.
Tekanan China pada Alibaba berasal dari kekhawatiran tentang pengaruh raksasa teknologi terhadap opini publik di negara tersebut. Investigasi Bloomberg tahun lalu menunjukkan Partai Komunis telah mengumpulkan pengaruh di Hong Kong melalui kepemilikan surat kabar dan penerbit melalui Kantor Penghubungnya di kota.
Dalam memo internal SCMP kepada staf yang dilihat oleh Bloomberg News, Chief Executive Officer Gary Liu menepis laporan Alibaba yang berada di bawah tekanan untuk menjual aset medianya.
"Yakinlah bahwa komitmen Alibaba terhadap SCMP tetap tidak berubah dan terus mendukung misi dan tujuan bisnis kami,” tulisnya dalam memo tersebut. Pesan selanjutnya yang dikirim pada hari yang sama oleh Liu menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk perubahan kepemilikan.
"SCMP tetap berkomitmen untuk melayani pembaca global kami dengan jurnalisme independen dan analisis mendalam, seperti yang telah kami lakukan selama lebih dari 117 tahun," ujar juru bicara surat kabar tersebut melalui email.
Sejak undang-undang keamanan nasional diberlakukan tahun lalu, media mulai berhati-hati karena takut melanggar ketentuan subversi dan pemisahan diri yang didefinisikan secara samar-samar.