Kalah dalam pemilihan ternyata tak selalu buruk bagi Donald Trump yang merupakan seorang pebisnis. Menurut analis dari Forbes, hal ini dapat membantu portofolio kondominium Trump di New York City. Di sebuah gedung di sudut 59th Street dan Park Avenue, Trump memiliki sekitar 17 apartemen senilai USD100 juta (Rp1,4 triliun). Namun, nilainya turun sekitar 32% dari 2015 hingga 2019.
Sementara itu, harga jual apartemen mewah milik Trump di Manhattan meningkat 15% selama periode itu. Hal ini karena Trump dibenci di kampung halamannya. Jika penghinaan mereda selama bertahun-tahun usai Trump selesai menjabat sebagai presiden. Ditambah, Trump berhasil menambahkan 10% dari nilai properti Park Avenue-nya, maka akan meningkatkan kekayaan bersihnya sekitar USD10 juta (Rp142 miliar).
Baca Juga: Makin Mangkel, Trump Ngumpet dan Wakilnya Pilih Liburan Pas Diajak Jumpa Biden
Melansir Forbes di Jakarta, Kamis (12/11/2020) dalam lima bulan pertamanya sebagai presiden, Trump mengunjungi propertinya cukup banyak sehingga Dinas Rahasia-nya menghabiskan USD254.000 untuk bisnisnya. Tak jelas persis berapa banyak uang pemerintah yang mengalir ke kerajaan Trump sejak saat itu.
Sementara itu, Secret Service yang juga melindungi mantan presiden, harus sering melakukan bisnis Trump setelah dia meninggalkan Gedung Putih, terutama karena dia menyatakan klub Mar-a-Lago sebagai kediaman resminya.
Meski demikian, kemenangan Trump tahun 2016 tak terlalu buruk bagi bisnisnya. Kekalahan tahun ini akan membuka kemungkinan bahwa jaksa federal dapat mendakwa Trump. Ia juga harus berurusan dengan jaksa wilayah Manhattan dan jaksa agung negara bagian New York karena keduanya telah menyelidiki keuangan Trump.
Selain masalah hukum, ada beberapa properti yang bisa rusak. Kondominium milik Trump telah dijual dengan harga premium di Nevada. Trump juga mungkin akan kehilangan pelanggan di D.C. hotel miliknya termasuk beberapa pelobi dan pejabat asing.
Sebagian besar tekanan yang dihadapi bisnis Trump berkaitan dengan utang. Di D.C. Hotel misalnya, presiden mendapatkan hipotek USD170 juta (Rp2,4 triliun) dari Deutsche Bank. Pinjaman itu jatuh tempo pada tahun 2024. Jumlah itu hanya satu bagian dari lebih dari USD1 miliar yang bersandar pada portofolio Trump. Pemberi pinjaman akan mengharapkan Trump membayar kembali USD900 juta dari 2021 hingga 2024.
Uang sebanyak itu mungkin akan membuat Trump kewalahan. Ia mungkin akan menjual banyak asetnya dan membayar pembiayaan kembali. Untungnya, kemungkinan bagi Trump untuk menemukan pemberi pinjaman hanya sedikit lebih sulit tahun depan, asalkan dia terbebas dari segerombolan masalah yang datang karena membawa bisnis bernilai miliaran dolar ke Gedung Putih.