Orang terkaya kedua di Jepang, Masayoshi Son yang juga pendiri SoftBank telah lama dikenal sebagai sosok angel investor bagi perusahaan startup atau rintisan di bidang teknologi. Perusahaan yang ia besarkan, SoftBank adalah perusahaan telekomunikasi raksasa di Negeri Matahari Terbit tersebut.
Masayoshi Son lahir pada 11 Agustus 1957 di Tosu, Saga, Jepang dari keluarga Zainichi Korea generasi kedua. Son telah bekerja keras dan ambisius sejak muda.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Alexey Mordashov, Konglomerat Baja Rusia Berharta Rp286 T
Son menyelesaikan sekolah menengahnya dan mendaftar di Holy Names University. Setelah dua tahun, dia dipindahkan ke Universitas California, Berkeley tempat dia belajar ekonomi dan ilmu komputer.
Selama waktu itu dia menyadari bahwa teknologi komputer akan segera merevolusi dunia bisnis dan dia dapat memperoleh keuntungan dari microchip.
Pada masa inilah pemuda tersebut menjadi tertarik pada kewirausahaan dan sekembalinya ke Jepang mendirikan perusahaan distribusi perangkat lunak bernama Nihon SoftBank. Dalam beberapa tahun, perusahaan yang ia dirikan naik ke puncak industri komputer baru di Jepang yang mendorongnya untuk mengembangkan bisnisnya.
Keberhasilan perusahaan pun memotivasi Son untuk menjelajah ke arena lain dan dia mulai tertarik untuk terlibat dalam perangkat perutean telepon, penerbitan majalah, pameran dagang Comdex, dan layanan internet broadband.
Namun, tidak semua usahanya berhasil. Dia kehilangan hampir satu miliar dolar di Kingston Technologies pada akhir 1990-an. Pada tahun 2000, Son menerima pukulan besar ketika dia kehilangan sekitar USD70 miliar selama kecelakaan dot com.
Selalu bertekad dan ulet, Son berhasil bangkit kembali dalam beberapa tahun untuk membangun kembali bisnisnya dengan melakukan beberapa akuisisi strategis.
Pada tahun 2000, Son pun memutuskan untuk berinvestasi sebesar USD20 juta di Alibaba, sebuah perusahaan e-commerce China yang baru didirikan oleh Jack Ma.
Alibaba pun terbukti menjadi investasi yang bijaksana karena selama bertahun-tahun bagi Son. Alibaba tumbuh mencatat pertumbuhan yang fenomenal dan penawaran umum perdana pada tahun 2014 membawa saham SoftBank menjadi lebih dari USD50 miliar.
Pada 2001, Son pun membentuk Yahoo! BroadBand dengan Yahoo! Jepang di mana dia memiliki kepentingan sebagai pengendali.
Akhirnya Yahoo! BB mengakuisisi Japan Telecom, penyedia broadband dan telepon rumah terbesar ketiga saat itu dan sekarang menjadi penyedia broadband terkemuka di Jepang.
Tahun 2006, SoftBank mencoba memasuki pasar seluler yang berkembang pesat selama bertahun-tahun sebelum mampu membeli Vodafone Jepang dengan harga sekitar USD15 miliar.
Meskipun Vodafone Jepang berada di ambang kehancuran pada saat akuisisi, Son berhasil memantapkan dirinya sebagai kekuatan hebat di industri Mobile Jepang. SoftBank Mobile miliknya saat ini pun tumbuh besar menjadi perusahaan telekomunikasi paling menguntungkan di Jepang.
Tak puas sampai di situ, pada 2013 Son mengambil alih mayoritas Sprint Nextel, sebuah perusahaan induk telekomunikasi Amerika senilai USD22 miliar.
Akuisisi ini menjadi akuisisi asing terbesar oleh sebuah perusahaan Jepang hingga saat ini. Saat ini Sprint adalah operator jaringan nirkabel terbesar keempat di Amerika Serikat.
Son juga merupakan angel investor bagi berbagai perusahaan rintisan hingga perusahan tersebut sukses menjadi unicorn dan decacorn. Sebut saja Go-Jek, Grab, Tokpedia bahkan Alibaba.
Namun, tak semua investasi yang Son berikan berhasil. Sejak akhir tahun 2019 lalu, Son harus menghadapi kerugian dari WeWork dan Uber hingga kekayaannya turun drastis. Meski demikian, kekayaan Son hari ini telah kembali meningkat menjadi USD30,2 miliar (Rp451 triliun) berdasarkan Forbes Real Time Net Worth.