Para penggemar Nike mungkin tak asing lagi dengan Phil Knight. Ia adalah pendiri Nike, Inc., yang merupakan pemasok sepatu dan pakaian atletik terbesar di dunia. Kini, ia menduduki posisi orang terkaya ke-25 dunia versi majalah Forbes.
Memiliki hobi berlari, itulah awal mula ia mendirikan Nike. Ia bahkan sempat dijuluki "orang paling kuat dalam olahraga" oleh Sports Illustrated, meski Knight bukanlah olahragawan atau pemilik tim olahraga.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: David Thomson Pemilik Media Reuters
Namun, banyak pihak setuju bahwa ia memiliki pengaruh kuat di dunia olahraga. Dia selalu memiliki minat dalam berlari dan merupakan pelari jarak menengah di University of Oregon (UO) di Eugene saat ia masih berkuliah.
Phil Knight lahir pada tanggal 24 Februari 1938, ia adalah seorang putra pengacara yang menjadi penerbit surat kabar, William W. Knight dan istrinya Lota. Ayahnya adalah orang mendorong Phil Knight untuk tumbuh melebihi batas kemampuannya.
Sejak bersekolah di Cleveland High School di Portland, dia sudah suka berlari dan menjadi anggota kunci dari tim lari.
Setelahnya, Knight melanjutkan studi ke Universitas Oregon (UO) di Eugene di mana dia terus berlari. Di sana ia bertemu dengan pelatih trek legendaris Bill Bowerman. Bersama Bowerman, Knight dilatih sebagai pelari jarak menengah di kampusnya.
Knight pun menjalin persahabatan yang dalam dan bermakna dengan Bowerman. Lalu, ia lulus dengan gelar jurnalisme pada tahun 1959.
Sempat mengalami krisis kehidupan, Knight bingung tentang masa depannya bahkan setelah lulus. Ia juga tak yakin apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Lalu, ia pun mendaftar di tentara dan menyelesaikan satu tahun dinas.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Beate Heister, Pewaris Ritel Terbesar Jerman
Sesudahnya, dia memutuskan untuk mendaftar di Stanford’s Graduate School of Business. Salah satu kursus yang dia pelajari adalah kelas bisnis kecil Frank Shallenberger yang menurutnya sangat menarik.
Saat mengerjakan tugas di mana siswa harus menemukan bisnis baru, Knight tiba-tiba terpikirkan untuk bisnis yang berhubungan dengan sepatu olahraga. Ia pun menyadari bahwa tujuan hidupnya adalah untuk menciptakan bisnis yang berhubungan dengan sepatu. Ia lulus dengan gelar MBA pada tahun 1962.
Knight pertama kali muncul dengan ide untuk Blue Ribbon Sports, nama awal Nike, selama berkuliah di Stanford. Dia bekerja sama dengan pelatih lari kampusnya dari Oregon, Bill Bowerman, dan mereka berdua menyisihkan USD500 (Rp7,4 juta hari ini) untuk memulai perusahaan.
Sebelumnya, Knight telah mengunjungi Jepang pada November 1962, saat itu ia menemukan sepatu lari merek Tiger yang diproduksi oleh Onitsuka Co. Ia pun sangat terkesan dengan kualitas tinggi dan biaya rendah dari sepatu tersebut sehingga langsung meneken kontrak distribusi dengan Onitsuka.
Sekembalinya dari Jepang, ia sempat mengambil pekerjaan di sebuah kantor akuntan yang berbasis di Portland untuk menambah uangnya sambil menekuni rencana bisnisnya bersama. Blue Ribbon Sports pun lahir pada tahun 1964.
Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Carlos Slim Helu Si Miliarder Telekomunikasi
Knight dan Bowerman telah bekerja keras untuk membuat bisnis tumbuh. Beberapa tahun selanjutnya, mereka pun membuka toko ritel di Santa Monica, California, dan Eugene, Oregon. Kinerja perusahaan pun berangsur baik pada akhir 1960-an dan menghasilkan keuntungan yang gemilang.
Namun, mereka sempat menghadapi beberapa ketidaksepakatan mengenai kontrak dengan Onitsaka pada tahun 1971 hingga memutuskan untuk memulai perusahaan mereka sendiri. Lalu, Seorang teman Knight yang juga karyawan Blue Ribbon Sports, Jeff Johnson, menyarankan untuk menamai perusahaan itu dengan nama "Nike", yang diambil dari nama dewi kemenangan bersayap Yunani.
Knight pun bercita-cita untuk merancang produk yang ingin digunakan oleh para atlet top dunia. Dia berkenalan dengan atlet trek Olimpiade, seperti pelari jarak jauh Steve Prefontaine dan berharap akan mempengaruhi orang lain untuk mencoba produk sepatunya. Model sepatu Nike, Cortez pun memulai debutnya pada uji coba Olimpiade 1972 dan terbukti sangat menguntungkan.
Keuntungan perusahaan tumbuh berlipat ganda selama tahun-tahun berikutnya dan pada tahun 1980 Nike telah merebut setengah dari pasar sepatu atletik.
Nike mengalami pertumbuhan yang stabil sepanjang 1980-an dan 1990-an. Ketenaran perusahaan yang meningkat memungkinkan Knight mengikat lebih banyak olahragawan terkenal dunia seperti Michael Jordan, Andre Agassi, Charles Barkley, dan Tiger Woods.
Pada 1990-an, Nike memperluas bisnisnya dan bercabang menjadi pakaian hoki, golf, dan sepak bola. Strategi ekspansi agresif mereka membuahkan hasil dan perusahaan menikmati lebih dari USD10 miliar (Rp147 triliun hari ini) dalam penjualan tahunan sebelum 1999.
Meski Phil Knight telah mengundurkan diri pada tahun 2004 sebagai CEO, namun ia tetap duduk di kursi dewan hingga Juni 2016. Kini, ia sibuk dalam filantropi. Salah satunya telah menjanjikan donasi lebih dari USD500 juta (Rp7,3 triliun) untuk Universitas Oregon dan Stanford's Graduate School of Business yang merupakan almamaternya.
Knight juga merupakan seorang miliarder dunia dengan total kekayaan USD41,5 miliar (Rp614 triliun), pendapatan Nike sendiri saat ini berdasarkan data dari Forbes telah lebih dari USD39 miliar (Rp577 triliun).