Keluarga terkaya di Hong Kong, keluarga Kwok telah kehilangan kekayaan sebesar USD8 miliar (Rp116 triliun) dalam satu tahun. Untuk diketahui, keluarga Kwoks memiliki gurita properti di Hong Kong.
Dilansir dari Bloomberg di Jakarta, Rabu (5/8/2020) penyusutan kekayan ini bisa dibilang paling curam dibandingkan dengan keluarga terkaya di Asia lainnya.
Baca Juga: Bayar Utang, Mantan Orang Terkaya China Jual Gedung Pencakar AS
Penyebab penurunan kekayaan Kwok yakni adanya krisis politik dan ekonomi yang berkepanjangan di Hong Kong bahkan disebut sebagai kondisi terburuk sejak tahun 1997 silam.
Saham Kwok Sun Hung Kai Properties Ltd. kini diperdagangkan dengan kurang dari setengah nilai aset bersih perusahaan. Saat ini jumlah harta mereka pun tersisa kurang dari USD30 miliar atau setara dengan Rp435 triliun.
Portofolio keluarga Kwok yang begitu cemerlang hingga jatuh seperti saat ini menjadikan situasi yang serius bagi seluruh masyarakat Hong Kong. Bagaimana tidak, keluarga terkaya di Hong Kong saja bisa sampai mengalami kerugian yang sangat curam, hal ini menjadi preseden buruk bagi perusahaan dan masyarakat Hong Kong lainnya.
Selain itu, merosotnya kinerja saham perusahaan juga terpengaruh oleh kebijakan China yang tengah memperkuat pengaruhnya. Namun, keluarga Kwoks malah tampak mendukung undang-undang keamanan nasional baru yang mau diterapkan China di sana.
Mereka bahkan telah mengambil langkah-langkah untuk diversifikasi kekayaannya ke daratan China. Seperti saat Sun Hung Kai tercatat membangun salah satu proyek komersial terbesarnya di Shanghai dengan modal USD1,9 miliar (Rp27,6 triliun) tahun lalu untuk sebidang tanah di kota pantai Hangzhou.
Lalu, pada November 2019 perusahaan ini juga telah menghabiskan dana hingga USD5 miliar (Rp72,8 triliun) untuk membeli tanah yang berada di atas stasiun kereta api lintas batas baru.
Diversifikasi ke China tersebut ditangkap sebagai cara Sun Hung Kai bertahan di tengah kemelut yang terjadi di Hong Kong. Meski demikiaan, Sun Hung Kai mengaku tetap fokus mengembangkan bisnisnya di Hong Kong dalam mendukung peran kota sebagai pusat keuangan Asia.