Pendiri Figgers Communication, Freddie Figgers ternyata pernah dibuang ke tempat sampah saat kecil. Pria keturunan Afrika-Amerika ini pun kini jadi miliarder dan pengusaha sukses di Amerika Serikat (AS).
Peristiwa tersebut bahkan membuat Figgers dijuluki sebagai 'bayi sampah' oleh teman-temannya saat di sekolah. Dilansir dari Washington Post di Jakarta, Senin (27/7/2020) Figgers lahir pada tahun 1989. Tak lama setelah kelahirannya, Figgers dibuang di sebelah tempat sampah di daerah pedesaan di Florida.
Baca Juga: Miliarder AS Bakal Kena Pajak Baru, Parlemen: Sudah Saatnya
Seorang warga yang melintas menemukan Figgers kecil dan memanggil polisi untuk mendapat bantuan. Saat ditemukan, Figgers yang masih bayi itu mengalami beberapa luka ringan sehingga harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.
Pasangan yang membawanya, Nathan dan Betty Figgers, tinggal di dekat Quincy, Florida dan sudah memiliki seorang putri.
Figgers pun kemudian dibawa ke panti asuhan. Tak lama hidup di panti asuhan, pasangan yang menemukan Freddie itu pun kemudian menjemput dan mengadopsinya.
Ia kemudian disekolahkan di sebuah sekolah dasar. Di sekolah itu, Freddie Figgers mendapat perundungan. Teman-temannya menjulukinya "bayi sampah" usai mengetahui bahwa Figgers pernah ditemukan di tempat sampah.
“Ini adalah daerah pedesaan, jadi setelah itu terjadi, semua orang mendengarnya,” kata Figgers yang sekarang berusia 30 tahun.
Saat orang tua asuhnya mengatakan kondisi Figgers kepada orang-orang, ia mengaku merasa malu saat itu.
Namun, ketika ia menginjak usia 9 tahun, ia mengalami titik balik dalam hidupnya. Ayahnya membelikan sebuah komputer Macintosh 1989 rusak di sebuah toko barang bekas seharga USD25.
Baca Juga: Bukan Rolex, Ini Jam Tangan Para Miliarder Teknologi Dunia!
Komputer rusak itu akhirnya berhasil diperbaiki oleh Figgers. Ia bisa menyalakan komputer itu dengan menginstal beberapa komponen yang ia ambil dari radio tua milik ayahnya.
Kini, komputer pertamanya itu masih ia simpan dan menjadi cinta pertama dirinya dengan teknologi. Di usia 13 tahun, Figgers sudah lihai mengotak-atik komputer sampai-sampai membuat petugas Kota Quincy menyewanya untuk memperbaiki komputernya.
Ketika berusia 15 tahun, ia memulai perusahaan pertamanya, Figgers Computers, memperbaiki komputer di ruang tamu orang tuanya dan membantu klien menyimpan data mereka di server yang ia buat.
Dia adalah seorang pemula dan pembelajar yang cepat. Setelah membangun basis data cloudnya sendiri, ia memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah.
"Saya tidak akan merekomendasikan jalan saya kepada semua orang," kata Figgers. “Tetapi itu berhasil untuk saya. Ketika saya berusia 17, saya memiliki 150 klien yang membutuhkan situs web dan penyimpanan untuk file mereka. Saya terus membangun dari sana.”
Kesempatan besarnya datang beberapa tahun kemudian. Pada 2012, ketika pada usia 23, ia menjual program pelacak GPS ke perusahaan yang dirahasiakan di Kansas seharga USD2,2 juta (Rp32 miliar).
Ia menciptakan program itu terinspirasi oleh ayahnya yang menderita Azheimer sehingga sering berkeliaran dan membuat seisi rumah bingung. Ia pun membuat perangkat itu ke sepatunya agar bisa melacak keberadaan sang ayah ketika keluar rumah.
Tak lama setelah ia memulai Figgers Communication dan karirnya semakn memuncak, Figgers mengalami musibah saat ayahnya meninggal dunia di tahun 2012.
Figgers mengaku sangat bersyukur memiliki ayah dan ibu seperti Nathan dan Betty Figgers. Mereka yang mengajarinya untuk tidak menyerah pada keadaan.
Kini, Figgers menjadi seorang pendiri perusahaan telekomunkasi dengan nilai USD62 juta (Rp922 miliar).