Rabu, 27 November 2024 Portal Berita Entrepreneur

Kisah Orang Terkaya: Steve Ballmer, Sobat Bill Gates di Microsoft

Foto Berita Kisah Orang Terkaya: Steve Ballmer, Sobat Bill Gates di Microsoft
WE Entrepreneur, Jakarta -

Orang terkaya ke-11 dunia versi Forbes hari ini ialah Steve Ballmer. Ballmer merupakan mantan CEO Microsoft tahun 2000-2014. Pemilik nama asli Steven Anthony Ballmer lahir pada 24 Maret 1957 di Detroit, Michigan. 

Ayahnya adalah seorang manajer di Ford Motor Company dan keluarganya adalah orang yang cukup berada. Ballmer adalah etnis Swiss dan Yahudi.

Ballmer sekolah di Detroit Country Day School dengan beasiswa dan lulus dengan nilai sempurna 800 pada mata pelajaran matematika. Kemudian ia mendaftar di Harvard College dan lulus dengan magna cum laude dalam bidang matematika dan ekonomi terapan, pada tahun 1977. 

Baca Juga: Kisah Orang Terkaya: Bill Gates, Bos Microsoft yang Putus Kuliah

Saat belajar di sana ia berteman dengan Bill Gates saat masih menjadi seorang mahasiswa. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bergabung dengan Procter & Gamble sebagai asisten manajer produk, jabatan yang dipegangnya selama dua tahun. Kemudian ia bergabung dengan Stanford Graduate School of Business pada 1979.

Bill Gates sendiri telah putus sekolah untuk mendirikan Microsoft. Setelah menyelesaikan tahun pertamanya di sekolah bisnis, Ballmer mendekati Bill Gates untuk pekerjaan musim panas di Microsoft. Namun, Gates sebaliknya meminta Ballmer untuk mengambil pekerjaan penuh waktu mengelola operasi perusahaan.

Pada tahun 1980, Ballmer meninggalkan Stanford Graduate School of Business dan bergabung dengan Microsoft pada bulan Juni sebagai manajer bisnis pertama yang dibayar oleh Gates. Salah satu perannya yang paling awal adalah merekrut karyawan yang kompeten untuk perusahaan yang sedang tumbuh. Meskipun tidak menjadi seorang programmer, Ballmer memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi bakat potensial.

Segera setelah itu, Microsoft menandatangani kontrak untuk membuat sistem operasi untuk jajaran komputer pribadi IBM yang baru. Para pendiri perusahaan, Gates dan rekannya Paul Allen, menyibukkan diri dengan aspek teknis perusahaan sementara Ballmer diberi tanggung jawab untuk menangani bisnis.

Ballmer mereorganisasi kemitraan Microsoft ke dalam struktur perusahaan pada 1981 setelah perusahaan itu didirikan. Gates memegang 53 persen dari ekuitas, Allen 35 persen, dan Ballmer 8 persen. Dia juga mengembangkan rencana opsi saham untuk karyawan.

Pada awal 1980-an, Allen menderita kanker dan meninggalkan perusahaan pada tahun 1983. Sekarang hanya Gates dan Ballmer yang bertanggung jawab atas korporasi. Ballmer memimpin pengembangan sistem operasi, inti dari bisnis perusahaan, pada 1980-an.

Tahun 1986 menjadi titik penting dalam karier Ballmer. Microsoft menjadi perusahaan publik dan Ballmer menjadi multimiliuner. Keberhasilan perusahaan terutama didorong oleh keberhasilan rangkaian aplikasi Microsoft Office, yang terdiri dari pengolah kata, spreadsheet, dan perangkat lunak presentasi.

Pada Juli 1998 ia dipromosikan menjadi Presiden Microsoft, posisi yang dipegangnya hingga Februari 2001. Ballmer pun secara resmi diangkat sebagai CEO Microsoft pada Januari 2000 hingga Februari 2014.

Microsoft mendaftarkan peningkatan fenomenal laba selama masa jabatan Ballmer sebagai CEO. Pendapatan tahunan perusahaan melonjak dari USD25 miliar menjadi USD70 miliar, sementara laba bersihnya meningkat 215 persen menjadi USD23 miliar.

Pada tahun yang sama ia pensiun dari Microsoft, ia membeli NBA Los Angeles Clippers seharga USD2 miliar (Rp29,7 triliun). Dia telah meningkatkan filantropinya sejak 2014, lebih dari USD2 miliar dana yang disarankan donor, dengan fokus mengangkat orang Amerika keluar dari kemiskinan.

Pada 2018, ia menginvestasikan USD59 juta dalam Social Solutions yang membuat perangkat lunak untuk organisasi nirlaba dan pemerintah. Kini, berdasarkan catatan Forbes, Ballmer menduduki peringkat sebagai orang terkaya ke-11 dunia dengan total kekayaan bersih USD72,2 miliar (Rp1.071 triliun).

Tag: Kisah Orang Terkaya, Steve Ballmer

Penulis/Editor: Fajria Anindya Utami

Foto: Reuters