Zoom Video Communications Inc baru saja dikabarkan merekrut mantan kepala keamanan Facebook, Alex Stamos sebagai penasehat. Langkah tersebut dilakukan karena perusahaan memiliki perhatian keamanan dan privasi.
Sebelumnya, Zoom juga mendapat gugatan class action terkait kemampuan melindungi pengguna aplikasi zoom. Padahal, popularitas aplikasi ini melambung karena pandemi COVID-19 yang mengharuskan orang-orang bekerja dari rumah. Namun popularitas itu terganggu oleh mudahnya penjahat siber yang meretas aplikasi konferensi video itu.
Baca Juga: Eric Yuan, Pendiri Layanan Zoom dengan Kekayaan Miliaran Dolar AS
Gugatan tersebut dilayangkan oleh salah satu pemegang saham Zoom Video Communications, Michael Drieu, pada Selasa 7 April 2020. Alasannya, karena aplikasi zoom telah "melebih-lebihkan standar privasi" dan gagal mengungkapkan bahwa layanannya tidak dienkripsi ujung-ke-ujung (end-to-end encryption) alias tidak aman.
Bertubi-tubi laporan masalah tampaknya datang terkait privasi. Contoh lainnya yakni ketika para pejabat di Berkeley High School di California mengatakan mereka menangguhkan penggunaan aplikasi setelah "pria dewasa telanjang menggunakan cemoohan rasial" mengganggu apa yang dikatakan sekolah adalah pertemuan yang dilindungi dengan kata sandi di Zoom.
Taiwan dan Jerman juga telah membatasi penggunaan Zoom, sementara perusahaan SpaceX milik Elon Musk melarang aplikasi tersebut karena masalah keamanan.
Lockdown karena virus corona mendorong lonjakan penggunaan Zoom karena orang-orang hanya berdiam diri di rumah. Kekhawatiran berkembang mulai dari kurangnya enkripsi sesi pertemuan ujung-ke-ujung, perutean lalu lintas melalui China dan "zoombombing," ketika tamu tak diundang mengganggu rapat.