Perusahaan rintisan bernama Form Energy yang dibekingi oleh miliarder Bill Gates, Jeff Bezos, Reid Hoffman dan Richard Branson mengatakan sedang mengembangkan dan meningkatkan produksi baterai isi ulang jenis baru yang dapat menyimpan listrik selama 100 jam.
Hingga kini Form Energy belum mendemonstrasikan teknologinya secara publik atau membagikan bukti bahwa baterainya berfungsi. Meskipun demikian, perusahaan telah mengumpulkan pendanaan lebih dari USD360 juta (Rp5,1 triliun), termasuk putaran baru USD240 juta (Rp3,4 triliun) yang ditutup pada hari Selasa, mitra serta pakar dari luar optimis tentang potensinya.
Baca Juga: Bill Gates Dilempar Kue karena Dituding Jadi Dalang Covid-19, Ternyata Ini yang Sebenarnya Terjadi
Dilansir dari CNBC International di Jakarta, Kamis (26/8/21) teknologi inti Form Energy didasarkan pada tiga bahan yang murah dan tersedia: Besi, udara, dan air. Baterai tersebut bekerja dengan proses yang disebut "reversible rusting", di mana baterai diisi dan dilepaskan dengan mengubah besi bolak-balik menjadi karat.
Dengan menggunakan bahan-bahan murah ini, perusahaan bertujuan agar baterainya berharga kurang dari USD20 per kilowatt-jam, yang menurut para ahli sampai sepersepuluh biaya baterai lithium-ion yang lebih umum digunakan saat ini.
Agar emisi karbon mencapai nol pada pertengahan abad kapasitas matahari dan angin perlu empat kali lipat. Karena itu investasi dalam energi terbarukan perlu tiga kali lipat pada tahun 2030.
Agar itu terjadi, harus ada peningkatan penyimpanan baterai dengan durasi lama. Harus ada cara untuk menyediakan listrik ketika sumber daya mulai padam. Itulah pasar yang coba dilayani oleh Form Energy.
Salah satu penyandang dana terkemuka Form Energy adalah Breakthrough Energy Ventures, yang mencakup selebriti teknologi Jeff Bezos, Bill Gates, Reid Hoffman dan Richard Branson sebagai investor.
Dalam salah satu posting blognya, Bill Gates menggembar-gemborkan pentingnya pekerjaan Form Energy. Pendiri Microsoft itu menulis bahwa Form Energy menciptakan kelas baterai baru yang akan menyediakan penyimpanan jangka panjang dengan biaya lebih rendah daripada baterai lithium ion.
