Kamis, 28 Maret 2024 Portal Berita Entrepreneur

Perang Dagang AS-China Tak Berujung, Bisnis Ini Justru Untung

Foto Berita Perang Dagang AS-China Tak Berujung, Bisnis Ini Justru Untung
WE Entrepreneur, Jakarta -

Ancaman krisis global akibat terjadinya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) masih jadi perbincangan hangat. Akan tetapi, perang dagang ternyata memberikan faktor positif dan memberikan keuntungan untuk pengusaha di berbagai sektor bisnis.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan Perkasa Roeslani dalam diskusi Economic & Capital Market Outlook 2020 memaparkan, perang dagang ini juga berdampak positif terhadap perkembangan beberapa sektor usaha di Indonesia.

Terlebih, ada berbagai kebijakan Bank Indonesia (BI) dan pemerintah dalam hal fiskal dan moneter yang mendukung dunia usaha di tengah kondisi perang dagang.

Baca Juga: China Bikin Ulah ke AS, Perang Dagang Memanas!

“Ada beberapa sektor yang akan diuntungkan oleh perang dagang, seperti tekstil, garmen, hingga ban lokal. Ketika saya bicara dengan asosiasi tekstil, mereka bilang bahwa tahun depan ekspor garmen kita ke AS bakal naik 20-25 persen,” kata Rosan.

Menurutnya, dampak positif ini bisa didapatkan Indonesia karena Indonesia dan AS menerapkan sistem perdagangan yang adil (fair trade) dan asas resiprokal, yakni kebijakan yang didasari oleh apa yang diberikan negara lain kepada Indonesia serta manfaat apa yang Indonesia dapatkan dengan adanya kebijakan tersebut.

Baca Juga: Terkena Dampak Perang Dagang, Raksasa Teknologi AS Ini Pindah Pabrik dari China ke . . . .

Tak hanya itu, pengusaha lokal juga diuntungkan oleh beberapa kebijakan ekonomi. Termasuk pemangkasan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) yang memberikan keringanan bagi beban dunia usaha di tengah perlambatan ekonomi.

“Saya akui dan apresiasi, bauran kebijakan BI sangat membantu dunia usaha. Suku bunga acuan sudah turun, kami berharap cost of fund segera turun,” paparnya.

Tag: Perang Dagang, Bisnis, Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Penulis/Editor: Clara Aprilia Sukandar

Foto: Foto/Reuters