Rabu, 17 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Mengenal Jamie Oliver Sang Pendiri Fifteen Restaurant

Foto Berita Mengenal Jamie Oliver Sang Pendiri Fifteen Restaurant
WE Entrepreneur, Jakarta -

Lahir dari keluarga broken home dengan label gangster yang terkait dengan berbagai tindakan kriminal memberikan kesulitan hidup tersendiri bagi Aaron Craze. Ayah Aaron masuk ke daftar kriminal di kantor polisi London Barat akibat kebiasaannya mabuk-mabukan serta keterlibatannya dalam kegiatan kriminal dan ilegal.

Saudara sepupu Aaron pun harus menghabiskan hidupnya di penjara karena terlibat dalam perampokan mantan pemain klub sepak bola Chelsea, Juan Sebastian Veron. Aaron yang mengalami disleksia harus berhenti sekolah pada usia 15 tahun dan mulai bekerja serabutan pascaperceraian kedua orangtuanya. Semua kondisi tersebut membuat Aaron sering terpinggirkan dari lingkungannya.

Ya, Aaron adalah pemuda marginal yang tidak memiliki banyak pilihan. Akhirnya, berbagai pekerjaan bergaji rendah pun harus ia lakukan, dari menjadi buruh pabrik, tukang kebun di pemakaman, hingga menjadi pegawai di kapal pesiar pemilik jaringan ritel Harrods, Mohammed Al Fayed. Pada saat itu Aaron tidak pernah bermimpi sedikit pun akan bisa memiliki mobil pribadi, apalagi rumah sendiri.

Akan tetapi, sebuah proyek kewirausahaan sosial melalui program magang di Fifteen Restaurant telah berhasil mengubah jalan hidupnya. Aaron kini menjadi pengusaha restoran sukses, penulis buku, sekaligus koki terkenal yang memiliki program memasak sendiri di stasiun TV ternama.

Tokoh di balik transformasi kehidupan Aaron Craze tersebut adalah James Trevor Oliver atau lebih dikenal dengan nama Jamie Oliver. Jamie adalah seorang wirausaha sosial sekaligus celebrity chef, youtuber, dan pengusaha restoran terkenal yang dilahirkan di Desa Clavering wilayah barat laut Essex, Inggris, pada tanggal 27 Mei 1975. Kiprahnya sebagai chef (koki) tidak terlepas dari latar belakang keluarganya yang merupakan pemilik restoran The Cricketter.

Di restoran itulah Jamie biasa belajar memasak. Hal tersebut mendorongnya untuk melanjutkan pendidikan di bidang kuliner di Westminster Catering College yang saat ini telah berubah nama menjadi Westminster Kingsway College. Walau dilahirkan di dalam keluarga yang sejahtera dan sangat mendukung, perjalanan hidup Jamie tidak mudah.

Sebagai penderita disleksia, masa kecil dan remaja Jamie dibayangi oleh cemoohan teman-temannya di sekolah. Namun, kegigihannya membuat cemoohan tersebut tidak berhasil menjatuhkan semangatnya. Cemoohan itu justru menjadi bahan bakar bagi dirinya untuk terus belajar, berfokus pada apa yang ia sukai dan kerjakan, serta konsisten berjuang untuk mewujudkan impiannya.

Kondisi ini tampaknya merupakan faktor yang menumbuhkan empatinya kepada anak-anak muda yang kurang beruntung, khususnya yang menderita disleksia seperti Aaron.

Rasa empati itu membuat Jamie ingin berwirausaha sosial, yaitu memberdayakan para pemuda marginal yang terlahir dan tumbuh dalam kondisi kurang beruntung, melalui usaha kuliner. Visi untuk berwirausaha sosial melalui bidang kuliner sebenarnya telah muncul sejak tahun 1990. Akan tetapi, hal tersebut baru dapat diwujudkannya satu dekade kemudian.

Setelah sukses di bisnis kuliner Jamie terkenal sebagai koki dan juga penghibur (entertainer). Pada tahun 2002 Jamie mewujudkan ide wirausaha sosialnya sebagai wujud balas jasanya kepada masyarakat. Ia mendirikan sebuah restoran bernama Fifteen di wilayah Westland Place, London. Restoran tersebut dibangun dengan lebih menekankan pada keuntungan sosial (social gain) dibandingkan dengan keuntungan finansial (financial gain). Semua keuntungan dari restoran akan dikembalikan ke Fifteen Restaurant dan digunakan untuk mendanai program magang yang dilaksanakan oleh restoran tersebut.

Pemenang program magang Fifteen Restaurant akan dibantu untuk mendirikan restoran mereka sendiri melalui dana pinjaman yang diperoleh dari Fifteen Foundation. Program magang di Fifteen Restaurant tersebut didokumentasikan ke dalam sebuah reality show yang ditayangkan melalui Channel 4, Inggris.

Komitmen sosial Fifteen Restaurant tidak hanya terlihat pada alokasi profit yang diperolehnya, tetapi juga pada proses produksi yang selalu berusaha menghidupkan perekonomian lokal. Menu di Restoran Fifteen terkadang berubah dua kali dalam sehari, bergantung pada ketersediaan bahan mentah di pasar lokal. Tidak jarang Restoran Fifteen menyediakan menu baru pada sore hari yang dibuat dari sayur atau buah-buahan yang baru dipetik di perkebunan lokal pada pagi harinya.

Memastikan makanan yang disajikan dapat memuaskan lidah para pelanggan restoran, sekaligus melaksanakan program magang bagi para pemuda kurang beruntung, tentu tidak mudah. Namun, komitmen untuk memberdayakan para pemuda yang kurang beruntung serta kemauan pemilik dan para trainer di Fifteen Restaurant untuk berlelah-lelah memberikan pendampingan yang berkelanjutan, mampu membawa program magang Fifteen Restaurant meraih keberhasilan. Para pemuda yang diberdayakan akhirnya memiliki kondisi kehidupan yang jauh lebih baik.

Selain itu, sebagai acara televisi program magang Fifteen Restaurant meraih rating yang sangat bagus. Acara tersebut juga disiarkan ke berbagai penjuru dunia dan ditonton oleh lebih dari lima juta orang. Fifteen Restaurant menjadi sangat terkenal dan melejit sebagai restoran yang paling banyak dibicarakan di kota London.

Pada tahun 2004 Jamie membuka restoran sejenis di kota Amsterdam. Dua tahun kemudian, ia pun membuka cabang Fifteen Restaurant di kota Cornwall dan Melbourne. Sistem magang dan penggalangan dana yang sama digunakan oleh Jamie Oliver untuk menolong para pemuda yang kurang beruntung agar dapat hidup secara mandiri melalui bisnis kuliner.

Program magang di Fifteen Restaurant diawali dengan proses seleksi. Pemuda kurang beruntung yang akan diberdayakan haruslah berusia 18 hingga 25 tahun dan bersedia mengikuti program magang selama 16 bulan. Para pemuda yang terpilih biasanya benar-benar tidak memiliki pekerjaan sehingga sulit membiayai kehidupan sehari-hari. Mereka juga memiliki berbagai masalah pribadi lainnya seperti kecanduan narkoba, masalah mental, korban kekerasan domestik, dan berbagai masalah sosial. Oleh karena itu, Jamie merasa perannya dalam program magang tersebut tidak hanya sebagai pendidik tetapi juga sebagai orangtua.

Dalam program magang tersebut, para pemuda diajari ilmu memasak melalui metode on the job training dan college based work. Mereka juga dibina melalui program pengembangan kepribadian untuk meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, Oliver juga menyelenggarakan sesi psikoterapi dan anger management (mengelola rasa marah).

Dengan berbagai masalah sosial yang dimiliki para peserta magang, biasanya sekitar sepertiga dari mereka mengundurkan diri dari program tersebut. Para pemuda yang mengikuti program magang hingga selesai akhirnya benar-benar bisa terlepas dari masalah sosial yang mereka alami dan berhasil berkarier sebagai koki andal di berbagai restoran ternama.

Perubahan sosial yang dilakukan oleh Jamie Oliver tidak berhenti pada pendirian Fifteen Restaurant semata. Pada tahun 2005 Jamie mulai melakukan kampanye formal untuk memperbaiki kualitas makanan yang dikonsumsi oleh para siswa di sekolah-sekolah di Inggris.

Kampanye untuk mengonsumsi makanan sehat tersebut diabadikan Jamie melalui acara televisi bertajuk Jamie’s School Dinners. Acara ini menunjukkan kepada publik bahwa anak-anak dapat mengonsumsi makanan sehat dan ekonomis, namun tetap dengan rasa yang mereka sukai. Pada tahun 2008 Jamie meluncurkan kampanye Ministry of Food sekaligus membuka Ministry of Food Centre, tempat anak-anak berusia 12 tahun ke atas belajar memasak dalam lingkungan yang nyaman, menyenangkan, dan suportif. Tempat tersebut juga menawarkan kelas memasak yang mengajarkan cara memasak makanan sehat yang mudah dan murah.

Untuk mewujudkan perubahan sosial tersebut, Jamie bekerja sama dengan perusahaan ritel The Good Guys untuk melaksanakan kegiatan di Ministry of Food Centres, serta melalui mobil-mobil Ministry of Food ke berbagai kota di Inggris.

Kampanye mengenai makanan sehat dan bergizi yang dilakukannya berhasil menjadikan isu tersebut sebagai perhatian para politisi Inggris di tingkat nasional. Kampanye tersebut akhirnya membawa perubahan radikal pada sistem penyediaan makanan di sekolah-sekolah di Inggris, bahkan meluas ke negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Australia.

Atas berbagai jasanya, tidak heran jika Jamie Oliver berhasil meraih berbagai penghargaan seperti: 1) Member of the Most Excellent Order of the British Empire (MBE) atas prestasi dan usahanya untuk memajukan para pemuda yang kurang beruntung.

2) Honorary Fellowship dari Royal College of General Practicioners.

3) Healthy Cup Award dari Harvard School of Public Health dan atas usahanya untuk melakukan revolusi kuliner atau food revolution untuk memerangi obesitas pada anak-anak di Inggris dan Amerika.

Bagi Jamie, kuliner bukan sekadar proses mengolah dan menyajikan makanan, melainkan juga merupakan proses peningkatan taraf kehidupan melalui gizi yang baik. Seperti yang ia sering ucapkan, "Nourish, to me, is nourishing food, nourishing your family, and nourishing your life."

Sumber: Berani Jadi Wirausaha Sosial?

Tag: James Trevor (Jamie) Oliver, Fifteen Restaurant

Penulis: Redaksi

Editor: Cahyo Prayogo

Foto: Istimewa