Sabtu, 20 April 2024 Portal Berita Entrepreneur

Kisah Tukang Sapu yang Beromzet Ratusan Juta Rupiah

Foto Berita Kisah Tukang Sapu yang Beromzet Ratusan Juta Rupiah
WE Entrepreneur, Jakarta -

Anda boleh tidak percaya saat mendengar ada seorang pengusaha sukses yang dulunya bekerja sebagai tukang sapu. Namun, Tri Sumono adalah bukti nyata akan kisah sukses ini dan sekarang ia mempunyai pendapatan per bulan hingga ratusan juta. Salut dan kagum dengan perjuangannya demi menggapai mimpi,  CV 3 Jaya yang dirintisnya, serta usaha lain seperti peternakan burung, jahe dan pertanian padi, dan masih banyak lagi membuat omzet yang diterima Tri saat ini mencapai lebih dari Rp500 juta per bulan.

Mungkin benar kata pepatah "roda itu berputar, kadang di atas kadang juga di bawah". Berikut kita simak kisah suksesnya sebagaimana dikutip dari Ciputraceo.net.

Pengusaha sukses yang satu ini dulunya adalah seorang tukang sapu. Tri Sumono nama aslinya. Seorang pria kelahiran Gunung Kidul 7 Mei 1973 dan ia hanyalah seorang lulusan SMA tanpa keahlian. Pada 1993 Ia nekat merantau ke Jakarta meskipun hanya berbekal tas berisi kaus dan ijazah SMA yang baru diperolehnya. Sesampai di Jakarta, Tri Sumono mulai mencari pekerjaan apa saja tanpa memilih-milih. Hal ini ia lakukan untuk bertahan hidup.

Pekerjaan pertama yang ia dapat adalah menjadi buruh bangunan di Ciledug, Jakarta Selatan. Selang beberapa bulan ia akhirnya dapat tawaran untuk jadi tukang sapu di sebuah kantor di Palmerah, Jakarta Barat.

Tawaran untuk jadi tukang sapu langsung diambilnya tanpa pikir panjang dengan anggapan bahwa menjadi tukang sapu akan lebih mudah dibanding jadi kuli bangunan. Dari tukang sapu, Ia kemudian diangkat menjadi office boy. Hal ini Ia dapat lantaran kinerjanya yang sangat baik.

Dari office boy, Ia kembali mendapat tawaran menjadi tenaga pemasar hingga kariernya menanjak sampai menjadi penanggung jawab gudang.

Selama bekerja di kantor, Tri Sumono juga coba-coba mencari penghasilan tambahan. Pada saat libur kantor atau setiap Sabtu dan Minggu, Ia berjualan pernak-pernik aksesori seperti jepit rambut, kalung, dan lain-lain di Stadion Gelora Bung Karno. Usahanya ini Ia lakoni selama 4 tahun dengan modal Rp100 ribu.

Dari pengalaman jualan ini kemudian Ia berpikir bahwa usaha sendiri ternyata lebih menjanjikan daripada jadi karyawan dengan gaji pas-pasan. Pada 1997, Ia nekat mundur dari pekerjaan kantor dan menekuni jualan aksesorinya hingga memiliki kios di Mall Graha Cijantung.

Tahun 1999, Ia membeli rumah di Perumahan Pondok Ungu, Bekasi Utara hasil dari penjualan kios di Mall Graha Cijantung karena ditawar orang dengan harga mahal. Di tempat baru inilah, perjalanan bisnis Tri dimulai.

Saat itu, Ia langsung membuka toko sembako. Menurutnya, bisnis ini lumayan menjanjikan karena ke depan, Perumahan Pondok Ungu tempatnya bermukim itu bakal berkembang dan menjadi ramai.

Pada saat itu, Pondok Ungu masih terbilang sepi. Demi meramaikan kawasan tempatnya tinggal, Ia kemudian membangun sebanyak 10 rumah kontrakan yang di pasarkan dengan harga miring. Rumah kontrakan ini kebanyakan disewa oleh pedagang keliling, seperti penjual bakso, dan gorengan.

Selain mendapat hasil dari rumah kontrakan, para pedagang itu juga meramaikan toko sembako miliknya. Melihat toko sembako Tri mulai ramai, banyak warga di luar tempat tinggalnya mulai mengenal tokonya.

Seiring waktu berjalan, naluri usahanya semakin menjadi. Pada 2006, Tri mulai tertarik dengan bisnis pembuatan sari kelapa. Dari beberapa kabar yang diperolehnya, diketahui bahwa untuk membuat sari kelapa adalah proses dari fermentasi air kelapa murni dengan bantuan bakteri Acetobacter xylium.

Namun, Tri tidak patah semangat. Ia terus belajar bagaimana untuk menghasilkan sari kelapa yang baik dan berkualitas standar yang ditetapkan perusahaan. Seorang dosen di IPB ditemuinya dengan maksud untuk belajar fermentasi. Sang dosen awalnya enggan mengajari mengingat Tri yang hanya lulusan SMA pasti akan kesulitan menerima penjelasannya.

Keseriusan Tri untuk belajar dan kecerdikannya merayu, Pak dosen pun akhirnya mau mengajarinya selama dua bulan. Setelah banyak mengantongi ilmu, Tri memulai kembali produksi sari kelapanya.

Setelah produk sari kelapanya lumayan memuaskan, Ia langsung memproduksi 10.000 nampan dan bisa lolos ke perusahaan. Produksi pertamanya ini senilai Rp70 juta. Sekarang terbalik, beberapa perusahaan antre mengambil olahan sari kelapanya. Sejak saat itu perjalanan bisnis Tri Sumono terus maju dan berkembang.

Melalui perusahaannya CV 3 Jaya, Tri Sumono mengelola banyak cabang usaha antara lain, produksi kopi jahe sachet merek Hootri, toko sembako, peternakan burung, serta pertanian padi dan jahe. Bisnis lainnya, penyediaan jasa pengadaan alat tulis kantor (ATK) ke berbagai perusahaan, serta menjadi franchise produk Ice Cream Campina. "Saya juga aktif jual beli properti," katanya.

Memiliki usaha sendiri yang sukses tentunya merupakan hal yang diidamkan oleh banyak orang. Sayangnya, membuat suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal yang mudah. Banyak aspek dalam sebuah bisnis yang perlu direncanakan dengan baik dan secara terperinci sehingga terbentuk model bisnis yang menjanjikan keuntungan.

Tag: Entrepreneur, Pengusaha, Tri Sumono

Penulis: Ning Rahayu

Editor: Fauziah Nurul Hidayah

Foto: Beningfotografi