Didirikan pada 1995, PT Sriboga Raturaya (Sriboga) merupakan perusahaan produsen tepung terigu bernilai gizi tinggi di Indonesia. Di tengah krisis tahun 1998, PT Sriboga Raturaya berhasil memenangkan bisnis terigu dengan inovasi terbaru mereka. Melalui pendekatan yang cerdas dan pembaruan strategi, perusahaan ini telah mencapai kesuksesan yang luar biasa dan membuktikan dirinya sebagai pemain utama dalam industri ini.
Dalam sebuah wawancara dengan Indrawan Nugroho, Presiden Direktur PT Sriboga Raturaya, Alwin Arifin berbagi kisah tentang perjalanan berdirinya perusahaan ini. Pada awalnya, Sriboga berperan sebagai pihak yang mendistribusikan dan menyuplai tepung terigu kepada Bulog, perusahaan milik negara yang bertanggung jawab dalam penyediaan beras.
Alwin mengatakan dalam upaya untuk menghadirkan tepung terigu berkualitas tinggi, Sriboga mengadopsi inovasi teknologi pencampuran tepung yang canggih. Ia dan timnya melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Indonesia untuk berkonsultasi dengan petani dan pabrik beras. Mereka mengumpulkan informasi tentang produksi petani, estimasi kebutuhan nasional beras, dan gambaran pasar beras di masa depan.
Baca Juga: Pengusaha Ini Ungkap Cara Gunakan AI Generatif untuk Dapatkan Uang, Cuan Ngalir Terus di Depan Mata!
“Saya keliling ke Jawa Timur ke Surabaya, ke Jawa Tengah Solo, Semarang, Karawang, Jawa Barat ke pabrik beras sama ke kantor dolognya (depot logistik). Kita bicara berapa produksi petani tahun ini, estimasinya berapa, kita hitung,” terang Alwin, dikutip dari kanal Youtube Dr. Indrawan Nugroho pada Selasa (12/7/2023).
Berdasarkan informasi yang diperoleh, Sriboga memperkirakan Indonesia akan mengimpor 3 juta ton beras pada 1996. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Alwin memutuskan untuk membeli 2.000 ton beras dari pemasok Thailand dan Vietnam dengan harga lebih murah sebelum pemerintah mengumumkan harga beras tersebut.
“Ternyata benar, mereka umumkan di koran-koran Indonesia bahwa tahun depan akan impor 3 juta ton beras. Otomatis harga di luar US$190 yang saya udah book, US$300 harga impornya,” imbuhnya.
Strategi ini berhasil membantu Sriboga menghadapi fluktuasi harga dan memastikan pasokan tepung terigu yang stabil. Dengan reputasi yang terus berkembang dan kualitas produk yang diakui oleh pelanggan, PT Sriboga mampu memperluas pangsa pasarnya.
Alwin mengatakan bahwa PT Sriboga Raturaya melakukan pemisahan usaha menjadi unit usaha bernama PT Sriboga Flour Mill pada 2012. Banyak tantangan yang dihadapi Sriboga ini, misalnya terjadi kenaikan harga pada gandum, sehingga ia memanfaatkan teknologi untuk menghasilkan tepung terigu halus dan berkualitas tinggi.
“Caranya meng-cover masalah ini, saya balik ke produsen ya produksinya dengan teknologi, kita arahkan ke sana. Jadi, kita punya advantage di dalam produksinya. Di situ saya punya mixing plant dan punya Japanese flour. Sampai sekarang the only one kita punya terigu yang halus seperti Japanese flour,” jelasnya.
Dengan begitu, PT Sriboga Flour Mill berhasil melawan kenaikan harga gandum di pasar. Dalam setiap langkahnya, Sriboga terus berusaha untuk memberikan produk berkualitas tinggi kepada pelanggan dan memenuhi permintaan yang terus berkembang di pasar tepung terigu. Hingga saat ini, pabrik Sriboga sudah mencapai 30 pabrik yang didominasi di area Jawa.
“Dulu masih ada empat pabrik, sekarang udah 30 pabriknya. Jujur itu banyak sekali, kebanyakan di area Jawa, seperti Semarang, Jakarta, Cilegon, Jawa Timur juga ada,” pungkasnya.
Baca Juga: Bermula dari Kargo, NCS Perluas Layanan Bisnis Gudang Pendingin Bersama Fresh Factory
Sebagai tambahan informasi, Sriboga melalui anak-anak perusahaannya kini mengelola restoran cepat saji Marugame Udon, Pizza Hut, dan Pizza Hut Delivery (PHD).