Dalam upaya memperkuat rantai pasok bagi pelaku usaha mikro kecil (UMK), Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop-UKM) memfasilitasi pelaku UMK untuk bekerja sama dengan PT Sido Muncul agar skala bisnis UMK meningkat dan bisa menjadi bagian rantai pasok sektor industri.
Kemenkop-UKM bersama Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, memfasilitasi kerja sama pelaku usaha mikro di bidang jamu tradisional yang tergabung dalam koperasi produsen Agro Farm dengan pelaku industri, yaitu PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (Sido Muncul). Melalui kerja sama ini, Koperasi Produsen Agro Farm Bondowoso akan menjadi salah satu supplier utama bahan baku jamu bagi PT Sido Muncul.
Baca Juga: Kemenkop-UKM Dorong Entrepreneur Hub Lahirkan Wirausahawan yang Berinovasi
"Kerja sama yang kami bangun antara Kemenkop-UKM, Pemda Bondowoso, dan PT Sido Muncul ini diharapkan tidak hanya sampai sini. Kami ingin menggandeng lebih banyak pelaku usaha besar dan usaha kecil untuk turut serta dalam pembangunan rantai pasok Industri," ucap Deputi Bidang Usaha Mikro Kemenkop-UKM Yulius dalam keterangannya, Rabu (17/5/2023).
Dikatakan Yulius, saat ini kemitraan strategis pelaku UMK dengan usaha besar masih kecil, baru 7 persen. Sementara, rasio partisipasi UKM yang masuk dalam rantai nilai global (global supply chain) baru 4,1 persen.
Sesuai arahan dari Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, program kemitraan strategis dan penguatan rantai pasok ini perlu untuk terus digenjot agar pelaku UMKM bisa tumbuh bersama dan lebih sejahtera. Menurut Menkop, pelaku UMKM tidak bisa lagi berusaha sendiri-sendiri apabila ingin meningkatkan kapasitas bisnisnya.
UMKM harus masuk dalam rantai pasok industri dan bermitra dengan industri besar jika ingin peningkatan kesejahteraan dan produktivitasnya. "Kemitraan antara pengusaha besar dan kecil kalau kita dorong tentu akan mampu mendongkrak ekspor sehingga ini juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," katanya.
Yulius menambahkan, pelaku usaha akan memperoleh berbagai manfaat yang besar apabila bisa masuk dalam rantai pasok industri seperti peningkatan produktivitas dan peningkatan daya saing usaha. Kemudian, pelaku usaha akan mendapat kepastian pasar dengan harga jual yang stabil karena adanya offtaker.
"Setelah para pelaku UMK dihubungkan ke rantai pasok atau offtaker seperti PT Sido Muncul, dari sisi permodalan mereka akan makin mudah mendapatkan akses modal seperti KUR (Kredit Usaha Rakyat)," ucap Yulius.
Selama ini, lanjut Yulius, UMKM nasional kerap dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak karena kapasitas dan keberlanjutan usahanya tidak pasti. Namun, dengan kemitraan strategis antara pelaku UMKM dengan industri besar, nantinya secara perlahan pelaku UMKM bisa menjadi penentu arah kemajuan bagi industri besar.
"Sering sekali UMKM itu selalu terkalahkan oleh pelaku usaha besar, maka dari itu kita ingin terus mendorong agar ada offtaker seperti koperasi agar mereka bisa menjadi bagian utama dari rantai pasok industri besar," ucapnya.
Di tempat yang sama, Wakil Bupati Bondowoso, Irwan Bachtiar Rachmat, mengapresiasi inisiatif dari Kemenkop-UKM dalam mendorong produktivitas pelaku usaha mikro di wilayahnya melalui program kemitraan dan rantai pasok tersebut. Dia berharap upaya ini menjadi stimulus bagi kebangkitan sektor usaha mikro dan kecil di Kabupaten Bondowoso yang sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.
"Kami harap program ini bisa mendorong peningkatan produksi, mutu, dan daya saing produk usaha mikro di wilayah Bondowoso dan bisa mendorong kesejahteraan bagi pelaku usaha di wilayah kami. Dengan begitu, pada akhirnya bisa berkontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi daerah," ucap Irwan Bachtiar Rachmat.
Sementara itu, Direktur PT Sido Muncul, Irwan Hidayat, secara daring mengaku senang dengan kerja sama yang dijalin antara perusahaannya dengan pelaku usaha mikro, khususnya para petani bahan baku jamu di Bondowoso. Dia menargetkan makin banyak kerja sama yang bisa dijalin dengan pelaku usaha lain sehingga mimpinya untuk mengembalikan masa kejayaan Indonesia sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah bisa terwujud.
"Saya beruntung bisa bekerja sama dengan koperasi Agro Farm ini. Semoga kerja sama kita yang dibantu oleh Kemenkop-UKM bisa menjadi lebih luas lagi. Saya harap usaha ini berkembang makin besar," tuturnya.
Dalam rangkain acara ini juga dilakukan penyerahan simbolis KUR (Kredit Usaha Rakyat) klaster berbasis rantai pasok kepada tiga orang Petani masing-masing senilai Rp50 juta. Yulius juga menyaksikan secara langsung penyerahan Purchase Order (PO) secara simbolis komoditas lempuyang dari PT Sido Muncul kepada Koperasi Produsen Agro Farm sebanyak lima ton. Selanjutnya, dilakukan pembukaan secara resmi Bazar Produk Usaha Mikro.
Ketua Koperasi Produsen Agro Farm Bondowoso, Fuad Syarifi, menegaskan, siap membudidayakan secara masif produk lempuyang sebagai bahan baku obat, bersama dengan anggota koperasinya. Dengan adanya offtaker yang pasti dari PT Sido Muncul, Fuad tidak ragu untuk menambah kapasitas produksi bahan baku jamu seperti lempuyang ataupun kunyit.
"Kita mendapat informasi bahwa PT Sido Muncul ini membutuhkan sekitar 160 macam tanaman obat biofarmaka, jadi ke depan akan kita kembangkan selain lempuyang seperti kunyit. Apalagi di Bondowoso produk kunyit ini paling potensial karena ada sekitar 1.500 ha tanaman kunyit," ucap Fuad.