Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengungkap hal yang membuat pariwisata dan ekonomi kreatif bisa digabungkan adalah karena pariwisata tak hanya soal pergi liburan saja, tetapi juga makanan dan musik tradisional yang bisa mendatangkan wisatawan serta menggerakkan perekonomian.
Ekonomi kreatif Indonesia masuk 3 besar terbaik di dunia, setelah Amerika Serikat dengan Hollywood-nya, dan Korea Selatan dengan KPop-nya.
Dalam video YouTube bertajuk "BEGINU S2 Eps8: Sandiaga Uno, Bola Basket dan Pengalaman Berkali-kali Jatuh dan Bangkit", Sandi mengatakan bahwa Indonesia sudah sangat baik kepada Sandi sehingga ia pun memberikan kontribusi secara maksimal untuk membantu pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Sandi mengaku ia sedih melihat para pelaku ekonomi yang terdampak di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif akibat dari pandemi.
Untungnya, berkah dari pandemi, desa pariwisata jadi incaran para pelancong karena bisa memasuki ranah privasi dan menikmati udara desa. Terlebih pariwisata Bali yang menjadi destinasi wisata berbasis budaya.
Bahkan, Bali bisa memungkinkan pemakaian mobil listrik pada tahun 2030.
Lebih lanjut, Sandi mengungkap bahwa dirinya sudah tidak lagi merasakan pesimisme karena seringnya jatuh-bangun. Mulai dari di PHK, berbisnis yang gagal, hingga gagal jadi Calon Wakil Presiden.
"Anak tangga untuk mencapai kesuksesan itu harus melalui tergelincir dari bawah," ujar Sandi. "Default color saya optimism, positivism, saya berhenti baperan."
Sandi juga mengatakan bahwa basket, olahraga yang paling ia senangi, memberikan banyak pelajaran. Adapun empat hal utamanya adalah preparation (persiapan), yang kedua adalah speed (kecepatan/ketangkasan) Sandi jadi orang yang serba cepat (gercep). Namun, speed saja tidak cukup, harus teamwork (kerja sama tim). Yang terakhir adalah endurance (ketahanan), Sandi mengungkap bahwa kita dalam hidup harus punya kesabaran dan nafas panjang.
"Garap semua potensi itu butuh kesabaran," tukas Sandi.
Padahal, pada dasarnya Sandi bukanlah orang yang sabar. Namun, ia belajar banyak dari kegagalan sehingga menyimpulkan ada empat etos kerja yang dipegang teguh Sandi, yaitu kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
"Ikhtiar itu berbanding lurus dengan hasil, meski terkadang tidak sesuai," papar Sandi.
Ini karena ketika hasil yang kita inginkan tak tercapai, kita bisa mendapat rezeki dari arah lain, seperti kesehatan, teman, dan lain sebagainya. Dengan berprasangka baik kepada Tuhan, kita akan mendapat gantinya di tempat lain.
"Kecewa itu manusiawi, maksimal tiga hari-lah. Kekecewaan itu harus ditansformasikan sebagai pembelajaran," pungkas Sandi.
Lebih lanjut soal pariwisata dan ekonomi kreatif, Sandi mengatakan bahwa Bali memiliki standar tinggi seputar pelayanan, pariwisata hingga ekonomi kreatifnya. Bahkan, sekolah pariwisata di Bali bisa menyalurkan tenaga kerja hingga ke luar negeri seperti Swiss. Oleh karena itu, Sandi berharap penerapan itu bisa menyeluruh ke seluruh sektor pariwisata di Indonesia.
Dari banyaknya perjalanan yang telah Sandi tempuh, Sandi menuturkan di dunia usaha yang bisa dipelajari adalah inovasi. Sementara itu di pemerintahan, Sandi belajar adaptasi karena pimpinan yang berganti terus menerus. Sandi juga belajar kolaborasi.
"Dengan kolaborasi itu, satu tambah satu tidak sama dengan dua," tukas Sandi.
Sandi menuturkan, anak muda inilah yang sudah tidak ingin berkompetisi, tetapi berkolaborasi. Ke depannya, Sandi berharap orang-orang bisa lebih menerima perubahan pariwisata yang saat ini harus beradaptasi dengan keadaan post Covid-19.
"Pariwisata sekarang ini personalized, customized, localized dan smaller in size," tutur Sandi.