Sandiaga Uno mengaku pandemi Covid-19 sangat berdampak kepada semua bisnisnya. Bahkan bisa dikatakan cukup parah. Menurut Sandi, bisnis yang bisa dikatakan sebagai "Covid Winner" adalah bisnis dari farmasi dan herbal, termasuk jamu. Oleh karena itu, pengusaha harus lebih jeli dengan peluang dan harus cepat beradaptasi.
"Kita tidak akan kembali ke masa-masa normal, tetapi new normal. Inia dalah bagian daripada transformasi kita," ujar Sandi, mengutip dari video YouTube "NSS Ep18 - Sandiaga Uno: Mahasiswa Lulusan Terbaik Sampai Pernah Jadi Cover Boy."
Sandi merupakan seorang pelajar terbaik dengan mendapat beasiswa hingga nilai Summa Cum Laude dengan IPK 4.0. Sandi mengatakan bahwa ia merupakan mahasiswa kutu buku. Bahkan, matanya sampai minus 10 yang akhirnya harus operasi lasik.
Baca Juga: Sandiaga Uno Bocorkan 3 Tren Bisnis yang Cuan di Masa Depan
Keseharian Sandi sewaktu kuliah hanyalah olahraga dan membaca buku di perpustakaan. Jadi, Sandi akan mempelajari materi yang akan dibahas hari itu. Sehingga, ia sudah mengetahui materi yang akan dibahas profesor.
"Interaksi dengan profesor itu aku lakukan untuk pendalaman. Dan aku selalu duduk di baris paling depan," ujar Sandi.
Sandi juga jarang belajar saat mendekati ujian. Ia mempelajari materinya jauh-jauh hari dengan mencicil catatan 2-3 minggu sebelum ujian.
"Menulis itu akan membiasakan motorik kita dalam menulis essai," tukas Sandi.
Orang tua Sandi memang sudah menanamkan pentingnya pendidikan secara keras. Bahkan, Sandi terus diminta untuk mendapatkan nilai yang bagus. Sehingga, setiap kali ujian, Sandi akan khawatir dengan nilainya tetapi berujung selalu mendapatkan nilai yang bagus.
Sandi juga sebenarnya sempat diterima di Universitas Indonesia (UI), tetapi ayahnya bersikeras untuk Sandi mengambil kuliah di luar negeri melalui beasiswa. Ini karena ayahnya ingin Sandi bisa melatih kemandirian, dan perspektif yang lebih luas.
Setelah lulus kuliah di bidang akuntansi, Sandi pun bekerja di bank dengan gaji Rp425 ribu. Setelah satu tahun bekerja, ia kembali mendapatkan beasiswa S2 jurusan keuangan internasional. Setelah lulus dan kembali ke Indonesia, Sandi dinas bekerja di Singapura sebagai analis investasi dan mengerjakan proyek-proyek di bidang analisa selama 2-3 tahun, setelah itu dikirim ke luar negeri lainnya.
Kemudian, badai pun menerpa. Sandi harus mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di tengah karirnya yang gemilang. Mulai dari gaji dollar, tunjangan kesehatan, tunjangan rumah, tunjangan kendaraan, terlebih investasi yang dikelola berkinerja sangat baik. Oleh karena itu, Sandi pun memulai segalanya dari nol lagi.
"Malah minus ya karena utang di sana-sini," ujar Sandi.
Tetapi, kejadian itu justru membawa hikmah bagi Sandi yang akhirnya membuka perusahaan di bidang konsultan keuangan. Itulah langkah awal Sandi menjadi pengusaha. Meski dicibir karena membuka usaha di tengah krisis, namun Sandi tetap berjuang. Ia bahkan pernah ditolak 20 perusahaan berturut-turut.
"Engga usah dendam, tapi saya ingat orangnya," ujar Sandi berkelakar.
Bagi Sandi saat itu, penolakan adalah hal yang paling menyakitkan baginya karena langsung ia rasakan setelah PHK. Namun, karena banyaknya dorongan dan semangat, Sandi pun terus berjuang.
Saat ini, banyak anak muda yang ingin menjadi pengusaha, namun banyak takutnya. Oleh karena itu, Sandi mengatakan bahwa takut adalah manusiawi.
"Cara mengatasi ketakutan itu adalah dengan menyadari bahwa ketakutan itu wajar," ujar Sandi.
Oleh karena itu, Sandi mengatakan untuk mengatasi ketakutan itu bisa dengan mulai mengikuti pelatihan-pelatihan, lalu yang kedua adalah membangun kekuatan bersama.
"Jadi, kalau kita mau jadi pengusaha, kita bergandengan tangan Jaman dulu adalah kita sendiri-sendiri kompetisi, sekarang adalah kolaborasi," tukas Sandi. "Jadi, kolaborasi, bermitra, berjejaring itu adalah cara untuk mengatasi rasa takut."
Sandi mengatakan, menurut riset ada tiga orientasi kewirausahaan yaitu inovasi, berani mengambil risiko dan proaktif.
Pada tahun 2014, Sandiaga Uno akhirnya memutuskan untuk terjun ke politik karena berawal dari diminta Prabowo Subianto untuk menjadi juru bicara. Sejak itu, Sandi mengaku hal yang paling ia korbankan adalah privasi dan keluarga. Lebih lanjut, bagi Sandi, anak muda harus orisinil, apa adanya, relevan, dan beradaptasi dengan cepat.