Para pekerja di Amerika yang tidak mendapatkan cuti berbayar tengah diperjuangkan oleh mantan istri Bill Gates, Melinda French Gates. Melinda menyerukan cuti berbayar bagi orang-orang yang membutuhkan, seperti anak baru lahir, orang tua sakit, dan lain sebagainya.
“Ini adalah kesempatan sekali dalam satu generasi,” kata seorang anggota Kongres kepada Melinda dalam tulisannya di Majalah Time yang dikutip Selasa (21/9/21).
Awal musim panas kemarin, Melinda berbicara dengan salah satu anggota Kongres yang tidak disebutkan namanya. Keduanya berbicara tentang kesempatan untuk meloloskan undang-undang keluarga berbayar dan cuti medis yang sangat dibutuhkan karena telah lama tertunda.
Baca Juga: Gelontorkan Rp24 Triliun, Bill Gates Sayangkan Tragedi Vaksin Covid-19 yang Tidak Merata
Menurut Melinda, ini harus menjadi tahun di mana Amerika Serikat akhirnya bergerak untuk menjamin cuti berbayar bagi semua pekerja.
Tujuh puluh lima persen pemilih AS di seluruh garis partai mendukung kebijakan keluarga berbayar dan cuti medis, menurut survei yang dilakukan oleh Invest in America dan Data for Progress. Itu termasuk 64% dari Partai Republik dan 91% dari Demokrat.
Dalam survei lain, oleh Global Strategy Group, 69% pemilih potensial di tujuh negara bagian mengatakan kepada lembaga survei bahwa mereka bahkan bersedia membayar lebih dalam bentuk pajak sebagai imbalan atas perlindungan hukum nasional.
Mengapa cuti berbayar menghasilkan dukungan yang begitu luas?
Melinda menuliskan, mungkin karena ini dapat memecahkan masalah yang universal. Pada titik tertentu dalam hidup, hampir semua orang yang bekerja akan membutuhkan waktu jauh dari pekerjaan mereka untuk mengurus diri sendiri atau seseorang yang mereka cintai.
Ketika seorang pekerja menghadapi masalah-masalah hidup yang tak dapat dihindari, Melinda berharap pemerintah dapat peduli untuk menjaga kemanan finansial mereka. Faktanya, hanya sekitar satu dari lima karyawan sektor swasta yang memiliki akses ke cuti keluarga berbayar melalui majikan mereka. Untuk pekerja berupah terendah, bahkan hanya satu dari dua puluh orang yang mampu melakukan cuti berbayar.
Sekarang, sebagian besar ibu bekerja di luar rumah, jasa pengasuh pun merangkak naik. Melinda pun melihat, perekonomian AS juga ditopang oleh para pengusah anak-anak.
Sampai saat itu, jutaan orang setiap tahun akan terus menghadapi pilihan antara melindungi mata pencaharian mereka dan orang yang mereka cintai. Karena wanita menanggung bagian terbesar dari tanggung jawab pengasuhan itu, karier merekalah yang cenderung menderita.
Bahkan sebelum pandemi membuat pengasuhan lebih sulit, salah satu alasan paling sering digunakan wanita untuk keluar dari pekerjaan mereka adalah karena tanggung jawab keluarga. Tahun ini, ketika COVID-19 mendatangkan malapetaka di sekolah, tempat penitipan anak, dan panti jompo, partisipasi tenaga kerja wanita mencapai titik terendah dalam 33 tahun.
Sebelum pandemi, paling tidak cuti berbayar membuat keluarga Amerika kehilangan gaji total sekitar USD22,5 miliar setiap tahun. Dan hari ini, di saat pemberi kerja berebut untuk mengisi lowongan pekerjaan yang terbuka, 37% pekerja yang menganggur mengatakan akses ke cuti keluarga berbayar akan membuat mereka lebih mungkin untuk kembali bekerja lebih cepat.
Molly Moon Neitzel, yang memiliki perusahaan es krim di dekat rumah Melinda di Seattle, bersaksi di depan Kongres musim semi tentang betapa kerasnya dia bekerja untuk mempertahankan karyawan yang berharga saat mereka berjuang dengan tantangan seperti sekolah jarak jauh dan penutupan tempat penitipan anak.
"Dengan pandemi yang sedang berlangsung dan Main Street masih di jalan menuju pemulihan, cuti berbayar bukanlah 'tambahan'. Ini adalah keharusan penting yang harus dimiliki," ujarnya.
Karena itulah, Melinda menyerukan pemerintah untuk memberikan cuti berbayar kepada para pengasuh yang tak hanya mengasuk bayi dan anak kecil, tetapi juga orang tua renta, bahkan orang-orang sakit.