Partai Komunis China telah memutuskan para miliarder di seluruh negara mereka untuk mendistribusikan kembali kekayaan sehingga membangun masyarakat yang lebih adil. Sebagaimana diketahui, miliarder China telah tumbuh signifikan sehingga menimbulkan kesenjangan antara miskin dan kaya.
Kini, Xi Jinping memerintahkan mereka untuk mendonasikan kekayaan demi 'kemakmuran bersama'. Tujuannya adalah meningkatkan pendapatan penduduk kota dan desa, mengurangi kesenjangan kekayaan dan mempromosikan akses layanan yang setara.
Dikutip dari Bloomberg di Jakarta, Rabu (1/9/21) seluruh sektor telah diperintahkan oleh Xi Jinping untuk mengubah cara mereka melakukan bisnis. Industri bimbel yang dulu sangat menguntungkan dihancurkan dalam semalam oleh keputusan Beijing.
Baca Juga: Gandeng Putin, Xi Jinping Siap Bantu Afghanistan di Masa-masa Sulit
Lalu banyak hal 'busuk' dibongkar habis-habisan, seperti raksasa pengiriman makanan yang mempekerjakan pekerja tanpa kontrak penuh, dan raksasa video game yang membiarkan anak muda bermain di platform mereka. Sepertinya tidak ada tempat yang aman dari pengawasan.
Retorika Xi Jinping seputar 'kemakmuran bersama' selalu digaungkan dalam pertemuan sesama pejabat. Keputusan ini dapat mengisyaratkan perubahan yang dapat beriak di ekonomi terbesar kedua di dunia.
Para investor pun ikutan gelisah dan telah membuang saham di daerah yang terkena dampak. Kini, para investor mencari petunjuk tentang target Beijing berikutnya, sementara individu terkaya dan perusahaan raksasa tiba-tiba meningkatkan permainan filantropi mereka dan menuangkan uang tunai untuk tujuan yang baik.
Baru-baru ini juga muncul spekulasi bahwa Beijing akan memberlakukan pajak atas properti, warisan, dan keuntungan modal sebagai cara untuk mendistribusikan kembali kekayaan yang terkumpul di tangan miliarder.
Kebijakan Xi Jinping dapat menjadi risiko bagi perekonomian China, bahkan global. Jika suasana bearish investor tidak memudar, maka para pengusaha China tidak akan leluasa. Mereka juga akan menekan inovasi dan jiwa kewirausahaan sehingga pada akhirnya melemahkan ekonomi China.
Namun, karena China telah menjadi kontributor terbesar bagi pertumbuhan ekonomi global dalam beberapa dekade terakhir, efeknya bisa bergelombang lebih jauh melampaui perbatasannya.