Tindakan keras China terhadap perusahaan swasta mereka telah menghapus lebih dari USD1,2 triliun nilai pasar bagi banyak perusahaan China yang kuat. Keadaan ini memicu kekhawatiran tentang masa depan inovasi pada ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Tetapi tujuan akhir dari upaya agresif Beijing untuk mengontrol bukanlah tentang menciptakan kekacauan. Pemerintah ingin menjelaskan kepada para pendukung perusahaan bahwa memanfaatkan pasar kapitalis baik-baik saja, selama itu sesuai dengan ketentuan Partai Komunis China yang berkuasa.
Baca Juga: China Anggap Game Online Meresahkan, Kekayaan Bos Tencent Anjlok Rp45 Triliun!
Penjualan besar-besaran telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena otoritas China menampar perusahaan dengan denda, melarang aplikasi dari toko dan menuntut agar beberapa perusahaan merombak total bisnis mereka.
Nilai pasar ratusan miliar dolar telah terhapus dalam minggu-minggu terakhir, setelah regulator mengumumkan pembatasan pada industri pendidikan nirlaba China dan sektor pengiriman makanannya.
"Pada akhirnya, tindakan keras Beijing terhadap bisnis swasta adalah tentang kontrol," ujar Alex Capri, seorang peneliti di Hinrich Foundation. "Prioritas utama adalah tentang mencegah perilaku di antara perusahaan swasta yang dapat menimbulkan kegiatan yang lebih independen dan berpotensi non-konformis, yang merusak model negara-sentris Beijing."
Pemerintah pertama kali fokus pada teknologi milik Jack Ma dengan tiba-tiba menarik IPO untuk Ant Group pada bulan November. Perusahaan yang terkenal dengan aplikasi pembayaran Alipay ini kemudian diperintahkan untuk merestrukturisasi operasinya dan menjadi perusahaan induk keuangan.
Lalu, Alibaba didenda dengan rekor USD2,8 miliar (Rp40 triliun) setelah regulator menuduh perusahaan e-commerce berperilaku seperti monopoli. Perusahaan lain, termasuk raksasa game Tencent dan platform e-commerce Pinduoduo juga telah diseret ke pihak berwenang yang menyelidiki dugaan perilaku antipersaingan.
Dan awal bulan lalu, Didi dilarang dari toko aplikasi tak lama setelah perusahaan ride-hailing itu go public di Amerika Serikat.
Regulator telah mengarahkan pandangan mereka pada industri lain juga. Perusahaan China yang terdaftar di AS lainnya telah dipilih oleh pihak berwenang yang menyelidiki mereka atas masalah keamanan data.
Pada 24 Juli, China melarang perusahaan pendidikan dan les privat untuk menghasilkan keuntungan atau mengumpulkan dana di pasar saham terkait aturan baru yang dramatis yang hampir pasti akan memaksa banyak perusahaan besar untuk restart seluruh model bisnis mereka.
Analis dari Goldman Sachs dalam sebuah laporan mengatakan tindakan keras itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam hal durasi, intensitas, ruang lingkup, dan kecepatan pengumuman kebijakan baru. Mereka juga menyebut strategi itu sebagai penyeimbangan kembali sosialisme dan pasar modal.
"Otoritas China memprioritaskan kesejahteraan sosial dan redistribusi kekayaan di atas pasar modal di area yang dianggap sebagai kebutuhan sosial dan barang publik," tambah mereka.