Pengusaha Christina Lie menggandeng Gazan Azka Ghafara, CEO dan Founder dari Zanana Chips dalam video YouTube-nya yang bertajuk "BONGKAR RAHASIA SUKSES BISNIS SNACK ZANANA, TEMBUS RATUSAN OUTLET".
Zanana sendiri berdiri pada akhir tahun 2013 dengan modal Rp1.050.000. Dahulu, Gazan hanya menjual secara sederhana ke teman-teman terdekat dan selalu menerima masukan dari teman-temannya demi pengembangan produknya.
Baca Juga: Bangkrut 16 Kali hingga Punya Utang Rp11 Miliar, Begini Cara Berto Saksono Kuat Mental Berbisnis
Zanana Chips bermula dari kamar Gazan pribadi hingga akhirnya ke ruang tengah rumah dan tahun depannya bisa pindah ke sebuah kontrakan di daerah Taman Cibaduyut, Bandung. Kini, Zanana sudah memiliki kantor sendiri.
Gazan sendiri mengungkap bahwa orderan Zanana Chips saat ini sudah sangat banyak hingga dirinya pun kewalahan dan mulai merekrut tim.
Sejak usia 5 tahun kedua orang tua Gazan bercerai, sehingga menyebabkan ekonomi keluarga hanya ditopang oleh ibunya.
Dahulu, Gazan tak pernah berpikir untuk menjadi pengusaha. Ibunya pun tidak mendidik untuk menjadi pengusaha. Ibu Gazan bahkan dahulu tidak bekerja, hanya berjualan kaos kaki dan tas kepada ibu-ibu di Sekolah Dasar (SD).
Hingga suatu hari, saat SMA, ibu dari teman Gazan memberikan buku "Rich Dad Poor Dad" karangan Robert T. Kiyosaki. Setelah membaca buku itu, Gazan senang sekali karena ia pun sadar untuk menjadi pengusaha. Gazan yang notabene-nya seorang anak broken home, ia sangat senang diberikan nasihat. Ibu dari temannya itu pun menasihati Gazan untuk mengikuti seminar bisnis dan kewirausahaan serta membaca buku-buku bisnis.
Setelah itu, Gazan pun mempraktikkan hal tersebut dan mulai mempersiapkan dirinya dengan mengikuti seminar-seminar yang diadakan gratis.
Dan saat mengikuti salah satu seminar di Jakarta, Gazan menemukan buku The Power of Kepepet karya Jaya Setiabudi, yang langsung membuatnya ingin menjadi pebisnis saat itu juga meskipun dia masih bersekolah.
Satu bulan kemudian, Gazan membuka warung pecel Ayam dengan modal dari tantenya 1,5 juta beserta temannya 1,5 juta. Sayangnya, bisnis tersebut hanya bertahan satu tahun satu bulan.
Empat bulan pertama, bisnis Gazan tergolong ramai karena mengundang teman-temannya dari SD, SMP, SMA hingga teman komunitas. Namun, karena Gazan berjualan di tempat sepi hampir tidak ada yang lewat. Pada bulan ke-5 sampai bulan ke-13, Gazan nombok untuk membayar gaji karyawan dengan uang sakunya sendiri. Setelah itu, di bulan ke-13, Gazan pun merasa tak kuat dan memutuskan untuk menutup bisnis ayam tersebut.
Pelajaran yang Gazan ambil dari bisnis pertama ini adalah bahwa memulai bisnis tak se-seram yang dibayangkan. Kebanyakan orang selalu takut dengan pikirannya sendiri untuk memulai bisnis.
Lalu, kesalahan Gazan adalah memilih tempat sewa yang murah, bukan yang bagus. Akhirnya Gazan belajar, jika tempat sewa Rp20 juta dan bisa memberikan banyak pelanggan, kenapa tidak? Toh, nantinya akan tertutupi.
Lokasi bisnis pun menjadi sumber masalah utama bisnis ayam Gazan gagal.
Tiga bulan setelah bangkrut, Gazan mulai membuka bisnis risoles dengan temannya. Modalnya pun dari Guru BPnya sebesar Rp2.000.000, dan Gazan membuka gerobak risoles. Tetapi sayang hanya bertahan 1,5 bulan. Hal ini karena Gazan terlalu cepat membuka 3 cabang dalam 45 hari.
"Jadi yang satu aja belum bener, belum ada sistem segala macam, udah buka cabang kedua dan ketiga," ujar Gazan.
Setelah 2x gagal berbisnis, Gazan pun akhirnya membuka Zanana Chips. Tetapi, kali ini karena Gazan melihat adanya peluang dan celah pasar. Keripik pisang sendiri merupakan makanan kesukaannya.
Hal ini karena Gazan kesulitan mencari keripik pisang Lampung, dan hal itu juga dirasakan oleh 14 orang temannya. Kesimpulannya, Gazan melihat adanya peluang dan pasar di sini karena itu dia memulai Zanana Chips.
Urutan kesuksesan Zanana pun bermulai dari adanya pasar, lalu menyiapkan produk sebaik mungkin agar tidak mengecewakan konsumen. Setelah itu, barulah mempercantik kemasan.
"Yang membuat suatu produk itu viral bukan selebgramnya, tetapi produk itu sendiri," tandas Gazan.
Setelah mempercantik kemasan, barulah Gazan meng-endorse artis dan selebgram. Lalu, barulah menggunakan Instagram Ads, Facebook Ads dan mengendrose suatu event offline.
Untuk menambah casflow, Gazan juga membuat sistem agen, mulai dari distributor, agent dan reseller. Reseller jugalah yang membuat produk ini viral.
"Reseller dan droshipper itu bukan hanya sekadar chanel distribusi, mereka bisa untuk membantu promosi," ujar Gazan.
Selain itu, Gazan juga menjelaskan pentingnya untuk mengetahui 5 (lima) tangga bisnis, yaitu Starting, Profiting, Sistemizing, Multiplying dan Investing. Dengan demikian, seorang pengusaha tahu mereka ada di tangga yang keberapa, sehingga bisa fokus pada hal-hal penting tersebut.
Jika masih di tangga pertama, yang terpenting adalah banyak orang bisa mencoba dan bisa makan keesokan harinya, yang terpenting adalah survive atau bertahan.
Lalu, jika sudah banyak orderan dan mulai kewalahan, barulah naik ke tangga profiting. Di situ, Gazan mulai merekrut satu karyawan. Dengan demikian, pekerjaan mulai berkurang sehingga bisa memikirkan strategi mulai dari packaging, sosial media, dan marketing. Yang ketiga adalah sistemizing, yaitu membuat sistem jika bisnis sudah berhasil. Bagaimana cara mengetahui bisnis sudah berhasil? Bisa dengan telah mencapai empat target ini:
- Marketing
- Finance
- Operasional
- SDM (Sumber Daya Manusia)
Di tangga ketiga, pengusaha harus bisa membuktikan empat hal tersebut sudah berhasil dengan membuat sistem. Jika berhasil, bisa dites di tangga keempat yaitu dengan multiplying, membuka cabang atau pabrik di kota lain. Yang terakhir adalah investasi, tahap menggandakan manfaat.
Saat ini, Zanana telah menjadi produk terkenal yang tersebar di ratusan Supermarket maupun pusat oleh-oleh. Lantas, bagaiamana strategi Gazan dalam menyikapi adanya peniru Zanana Chips?
Gazan sendiri tak masalah karena melihat para pebisnis itu tidak serius. Kalaupun serius, Gazan juga tidak ingin mengambil pusing karena rezeki sudah masing-masing.
Bahkan, Zanana Chips sendiri sudah berhasil mengekspor ke berbagai negara. Orang-orang tersebut mencari Zanana secara langsung. Gazan sendiri mengaku belum fokus untuk mengekspor Zanana karena masih fokus untuk Indonesia.
Selain itu, Gazan juga kerap beberapa kali diajak untuk kerja sama. Cara Gazan untuk mencegah terjadinya kasus-kasus 'nakal' adalah dengan melakukan background check. Nama orang tersebut di copy paste di Google, lalu cek di komunitas, pernah berpartner dengan siapa, dan lain sebagainya. Setelah itu, barulah bertanya pada mentornya, Jaya Setiabudi.
Meski lahir sebagai anak broken home, tetapi Gazan memandang hal tersebut sebagai berkat dari Tuhan yang menjadikan ia seperti saat ini. Jika ada sesuatu yang kurang enak terjadi, Gazan akan memandang ke masa-masa kecilnya.
"Dulu juga saya sedih, tapi itulah yang membentuk saya seperti ini," ujarnya.
Karena itulah Gazan selalu melihat segala sesuatu sebagai takdir yang baik untuknya. Termasuk dengan menolak biaya kuliah dari om dan tantenya. Gazan melihat kuliah itu terlalu lama untuk dia yang ingin fokus berbisnis. Karena itu, Gazan lebih memilih membaca buku sendiri, ke toko buku tanpa membeli tetapi mengambil ilmunya dan langsung praktik berbisnis.
Jika Gazan memaksakan untuk kuliah, menurutnya hanya ada satu di antara dua itu yang berhasil.
"Kalau bisnis bener, kuliahnya gak bener. Kalau kuliah bener, bisnisnya pasti gitu-gitu aja. Sementara saya ingin sukses semuda mungkin," tandasnya.
Gazan sendiri mengaku tak ada hal yang ia sesali selama hidupnya. Bahkan, hal-hal yang tidak enak dalam hidupnya sudah ia lupakan. Sementara, hal yang paling berkesan dalam hidup Gazan adalah ia menjadi tulang punggung keluarga. Menurutnya, hal itu memiliki 'kenikmatan' tersendiri. Lalu, di usia 19 tahun, Gazan sudah bisa memberangkatkan ibunya pergi umroh dengan travel Aa Gym.
Adapun visi Zanana Chips kedepannya, Gazan ingin produknya dibanggakan oleh agama dan Indonesia serta ingin membuat Zanana Chips mendunia.
Gazan sendiri tak bisa mengungkap secara rinci apa yang menjadi faktor kesuksesannya. Namun, dalam buku mentornya, Jaya Setiabudi, kesuksesan itu ada 3 faktor yaitu faktor manusia, faktor bumi dan faktor langit.
"Untuk menjadi orang sukses, lakukan saja kebiasaan-kebiasaan orang sukses. Misalnya, kalau jadi pengusaha harus mau belajar, harus rendah hati, tidak pernah puas," ujar Gazan.
"Tetapi, ada faktor lain juga yang membuat menurut orang-orang saya sudah sukses. Bisa saja ridho guru saya, doa orang tua, doa istri, mungkin juga doa orang yang pernah saya tolong dan saya lupa. Jadi, saya bingung kalau ditanya 'apa sih yang membuat saya sukses' jawabannya enggak tau." tambah Gazan.