Investor miliarder asal India Rakesh Jhunjhunwala mengatakan regulator negara mereka harus melarang cryptocurrency seperti bitcoin. Pria yang dijuluki Warren Buffett India ini menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah membeli bitcoin.
"Saya pikir itu spekulasi dari urutan tertinggi. Saya tidak ingin mengikuti setiap pesta di kota. Saya pikir mabuk jauh lebih buruk," katanya kepada CNBC "Street Signs Asia" yang dikutip di Jakarta, Rabu (24/2/21).
Bitcoin telah mengalami peningkatan yang spektakuler pada tahun 2021, dan melonjak lebih dari 90% sepanjang tahun ini, menurut data dari Coin Metrics.
Baca Juga: Gegara Bitcoin dan Saham, Bos Tesla Harus Rela Kehilangan Rp212 Triliun
Keuntungan yang kuat tersebut telah dikaitkan sebagian dengan peningkatan adopsi bitcoin oleh investor dan perusahaan besar, termasuk Tesla dari Elon Musk dan Bank of New York Mellon.
Hingga kini, regulator India belum membuat keputusan tentang bitcoin dan mata uang kripto lainnya, tetapi ada spekulasi luas bahwa pemerintah berencana untuk melarang semua mata uang virtual pribadi dan meluncurkan mata uang digital resminya sendiri.
Jhunjhunwala mengatakan regulator India memiliki peran untuk dimainkan dalam mencegah masuknya bitcoin.
"Saya pikir regulator harus turun tangan dan melarang bitcoin, dan mereka harus fokus pada rupee digital." ujarnya.
Mengenai prospek negara, Jhunjhunwala mengaku optimis dan mengatakan dia yakin India akan melakukan pemulihan yang kuat berdasarkan reformasi dan inisiatif kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam anggaran baru-baru ini.
"Saya pikir kita sekarang memiliki India yang bangkit kembali. Anggaran India menyampaikan bahwa pemerintah akan melakukan apa yang perlu dilakukan dalam hal kebijakan dan reformasi. Semua ini akan bersatu," tambahnya.
Miliarder itu memperkirakan India akan melihat pertumbuhan yang kuat di tahun depan karena negara itu pulih dari pandemi.
"Saya pikir India berada pada fase terakhir Covid-19," katanya, seraya menambahkan bahwa negara tersebut kemungkinan akan tumbuh antara 10% hingga 11% tahun depan.