Helmy Yahya bercerita pasca ia dipecat dari TVRI, banyak usaha yang sejatinya sudah ia geluti. Mulai dari tambang batu bara hingga tertipu Rp3 miliar dan mulai berbisnis properti yang saingannya super ketat. Pelajaran yang diambil Helmy Yahya yaitu mencari partner yang tepat karena ia seringkali tertipu dengan jumlah yang fantastis.
Dalam kanal YouTube Hermanto Tanoko melalui video bertajuk "MENGABDI UNTUK TVRI & DIPECAT, SEKARANG MALAH JADI MILYUNER!" Helmy mengungkap bahwa sebenarnya ia sudah membangun 30-40 perusahaan tetapi sebagian besar perusahaan tersebut gagal. Saat ini mungkin perusahaan Helmy hanya tinggal belasan. Ia juga melihat justru banyak perusahaan baru yang tumbuh selama pandemi. Helmy Yahya merangkum ada 3 kesalahan bisnis, yaitu:
Baca Juga: Hermanto Tanoko Ungkap Perjuangannya Besarkan Cat Avian hingga Miliki 15.000 Karyawan
1. Tidak paham diri sendiri
Tak semua orang mampu memahami dirinya sendiri dan tidak semua orang memiliki passion dalam berbisnis.
2. Salah memilih bisnis
Bisnis itu harus kita kuasai, bahkan kalau bisa kita memiliki passion di dalam bisnis tersebut. Dan hal yang paling penting adalah pengetahuan dalam berbisnis itu sendiri. Karena orang yang memiliki pengetahuan saja tertipu, bagaimana dengan yang tidak memiliki pengetahuan?
3. Salah memilih partner
Memilih partner bisnis sangat sulit dan tidak mudah. Baik dari saudara kandung, teman atau istri sekalipun, belum tentu bisa menjadi partner bisnis yang cocok. Tetapi sekalinya bisa memilih partner bisnis, maka Anda bisa bersyukur. Ada teman yang asyik sebagai teman sepermainan, tetapi ketika berbisnis justru tidak komitmen.
Helmy juga mengatakan bahwa membangun perusahaan mirip seperti menikah. Ketika baru awal-awal dan masih pacaran semua terasa indah, tetapi ketika perusahaan dimulai, justru aslinya keluar.
Selain itu, Helmy Yahya pernah mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Tetapi, ia mengakui tidak cocok dalam berpolitik karena harus selalu keluar 'uang'.
"Saya kan mau memperbaiki nasib mereka kenapa saya harus bayar?" ujarnya.
Karena itulah setelah 3x gagal Pilkada dan dipecat dari TVRI, ia mengaku selalu tegak berdiri karena ia percaya Tuhan memiliki rencana yang indah untuknya. Setelah karirnya naik turun, Helmy Yahya pun beralih menjadi YouTuber.
Sejak itu, ia merasakan pekerjaannya penuh, bukunya laku, ditawari banyak perusahaan untuk menjadi CEO dan penasihat, terlebih di tengah pandemi, Helmy merasa bersyukur karena bisa bekerja dengan tetap berdiam diri di rumah bertemu keluarga.
Ia bercerita saat di TVRI, ia bekerja 24/7 karena kantornya ada di 30 provinsi sehingga ia harus sering terbang dan business trip.
Padahal, saat menjadi Dirut TVRI, Helmy Yahya sudah memiliki banyak pendapatan sebagai presenter, dan ia mengakui tak pernah menyangka ditawarkan sebagai Dirut TVRI. Ia pun mengakui TVRI sebagai saluran televisi yang memiliki banyak masalah.
Tetapi, ia disadarkan bahwa ia berawal dari televisi dan mengerti soal manajemen, ia juga dilirik karena berhasil memimpin opening dan closing Sea Games yang harus mengepalai 13.000 orang serta melakukan banyak pendekatan.
Karena itulah Helmy menerima tawaran sebagai Dirut TVRI karena dari SD sampai S2, ia dibayari oleh negara. Ia berkata bahwa di usia 50 tahun sudah saatnya ia berbagi dan berinvestasi kepada anak-anak muda untuk mengabdi kepada negara.
Sementara Hermanto Tanoko melihat dari kacamata sebagai pengusaha, bahwa ia tidak akan melirik perusahaan yang begitu banyak memiliki masalah. Hal ini karena dibutuhkan effort berat dan panjang, terutama memperbaiki citra di hadapan jutaan orang.
Di hari pertama Helmy bekerja sebagai Dirut TVRI, ia mengakui brand nya 'jadul', peringkatnya No. 25, penontonnya di bawah satu, layarnya buram, keuangannya disclaimir, birokrasi pegawai juga tidak ada dan pegawai pun tidak memiliki tunjangan.
Tetapi saat dilantik, Hendro Priyono hadir, alm. Subrata menyambutnya, wartawan penuh mengelilinginya, dan Helmy Yahya mendapatkan banyak karangan bunga mengucapkan selamat atas terpilihnya sebagai Dirut TVRI.
Helmy melihat betapa banyak orang menantikan kebangkitan TVRI sebagai televisi publik yang disia-siakan termasuk oleh pemerintah sendiri.
Begitu banyak kekurangan, kelemahan dari TVRI ini. Bahkan, sebanyak 72% pegawai berusia di atas 40 tahun dan sebanyak 28% pegawai berusia di bawah 40 tahun. Itu berarti, banyak pegawai yang sudah memasuki usia pensiun. Setiap tahun akan ada 200 pegawai yang pensiun dan TVRI tidak boleh mencari pegawai baru sepanjang 15 tahun.
Mereka juga tidak memiliki jiwa kompetitif untuk bersaing dengan saluran televisi lain. Inilah yang dibangun kembali oleh Helmy Yahya. Sedihnya lagi, Kepala Bidang di TVRI yang telah bekerja selama 32 tahun hanya digaji Rp5,5 juta.
Saat menjadi Dirut TVRI, Helmy Yahya di perusahaannya sendiri hanya boleh menjadi pemegang saham. Ia tidak boleh mengambil job dari luar, harus fokus kepada TVRI. Dari segi penghasilan pun, Helmy mengakui mengalami penurunan.
Salah keuangan sedikit, Helmy Yahya akan diperiksa BPK dan KPK. Setelah itu, Helmy pun bercerita ia belajar dari Ignasius Jonan yang membawa perubahan besar pada KAI, bahwa Helmy harus memberi contoh dan ikut prihatin pada keadaan perusahaan.
Helmy pun kesehariannya mulai memakai sepatu kets dan meninggalkan jas yang biasa ia pakai. Ia juga selalu memakai baju TVRI sebagai iklan, hari Jum'at boleh memakai celana jeans, Helmy bahkan ikut memakan nasi bungkus. Semua hal mewah yang bisa ia dapat, ia tinggalkan demi ikut prihatin kepada karyawan dan perusahaan.
Bahkan, uang saku ke luar kota dibayari oleh perusahaan hanya Rp450 ribu. Helmy ikut prihatin dengan membayari karyawan lainnya makan karena ia paham gaji bulanan karyawannya pun minim. Seragam karyawan pun diganti oleh Helmy Yahya karena sudah lusuh 4 tahun tidak ganti.
Karena hatinya telah disentuh oleh Helmy Yahya dan ada rasa menang dari hati mereka, tiba-tiba program TV pun bangkit karena etos kerja mereka meningkat. Sampai-sampai meeting jam 2 pagi pun dilakoni.
Selain itu, masih belajar dari Ignasius Jonan, Helmy berkata bahwa pemimpin harus terlihat. Jangan ada lagi pemimpin yang hanya memerintah dari balik meja, ucapan dan perbuatan pun harus sama. Hingga akhirnya, perjuangan Helmy Yahya memimpin TVRI pun membuahkan hasil dan menyabet banyak penghargaan bergengsi. Hal ini mampu terjadi karena salah satunya berkat etos kerja Helmy Yahya yang masuk jam 7 pagi dan pulang sampai jam 10 malam.
Dari peringkat No. 15, TVRI pun merangkak naik ke peringkat No. 8 bahkan pernah menduduki No. 1 hingga membuat karyawan bangga bukan kepalang. Setelah itu, Helmy dipecat sebagai Dirut TVRI dan banyak karyawan menangis karenanya. Tetapi, Helmy merasa sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan meninggalkan TVRI beserta peralatan canggih terbaru dan seragam karyawan yang terbaru.
Tuhan tidak pernah tidur. Meski Helmy Yahya dipecat dengan alasan yang tidak jelas dan meski sudah tidak lagi di TVRI, justru kini Helmy Yahya dibanjiri berbagai peluang emas untuk menjadi business coach, CEO, komisaris, investor dan kini menjadi YouTuber terkenal. Salam sukses!