Sejak China melarang penjualan rokok elektrik online sekitar setahun yang lalu, industri rokok elektrik atau vape menjamur secara offline, bahkan krisis virus corona tidak menghentikan ekspansi tersebut. Adalah Smoore International Holdings Ltd., RELX Technology dan Yooz yang merupakan pemain terbesar di negara itu.
Sementara itu, Smoore International Holdings Ltd., telah berfokus pada pembuatan perangkat dan komponen vaping terbesar untuk merek di seluruh dunia. Dilansir dari Bloomberg di Jakarta, Selasa (22/12/2020) saham Smoore telah meningkat lebih dari empat kali lipat sejak debut Juli, menjadikannya sebagai salah satu penawaran umum perdana dengan kinerja terbaik di Hong Kong tahun ini.
Baca Juga: Bitcoin Menggiurkan, Miliarder Ini Justru Pasang Peringatan!
Hal itu juga membawa pendiri Smoore, Chen Zhiping, menambah kekayaan bersihnya dan melonjak menjadi USD14,2 miliar (Rp203 triliun), menurut Bloomberg Billionaires Index.
Chen yang baru berusia 45 tahun mendirikan Smoore pada 2009 atau satu dekade setelah lulus dari Universitas Tongji Shanghai dengan jurusan marketing. Dia mendirikan perusahaannya di Shenzhen, China yang seberang dengan perbatasan Hong Kong sehingga mendapat keuntungan dari dorongan pemerintah untuk membuka ekonomi pada saat itu.
Sementara wabah virus corona sempat memengaruhi produksi dan operasi Smoore pada kuartal pertama tahun ini, Smoore masih berhasil membukukan peningkatan pendapatan 19% menjadi USD592 juta (Rp8,4 triliun) untuk enam bulan pertama.
Lebih dari setengah penjualannya datang dari China dan Hong Kong. Smoore pun memegang seperenam pangsa pasar global untuk produk vaping berdasarkan pendapatan tahun lalu, dan perusahaan itu siap tumbuh lebih jauh, menurut data Frost & Sullivan.