Miliarder Elon Musk mengaku ia tidak akan menjadi pengusaha sukses seperti sekarang ini jika tidak pindah ke AS dari Afrika Selatan pada tahun 1992 lalu. Meski demikian, ia ingin menyampaikan kepada pemerintah AS untuk membiarkan para pengusaha dan perusahaannya berinovasi.
"Saya pikir itu adalah dikotomi yang salah untuk melihat pemerintah dan jenis industri sebagai terpisah. Pemerintah adalah ... perusahaan utama," kata Musk di WSJ CEO Summit.
Lebih lanjut, Musk menyebut negara sebagai monopoli yang tidak bisa bangkrut. Ia juga mengakui Amerika masih hebat dalam hal inovasi dan mendorong kewirausahaan.
Baca Juga: Ini Lokasi yang Memungkinkan untuk Roket SpaceX Elon Musk di Indonesia
"Saya pikir kami ingin berhati-hati dengan peraturan dan birokrasi yang semakin merayap. Jika pemerintah terus membuat lebih banyak aturan tanpa menghapus aturan lain yang tidak berfungsi, pada akhirnya, kami tidak akan bisa berbuat apa-apa." lanjutnya sebagaimana dikutip dari CNBC Make It di Jakarta, Selasa (15/12/2020).
Musk percaya bahwa pemerintah seharusnya hanya bertindak sebagai "wasit" untuk menetapkan aturan permainan dan memastikan aturan ditegakkan dengan benar.
"Itu adalah aturan penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa aturan tersebut benar dan insentif adalah apa yang sebenarnya kami inginkan," lanjut CEO Tesla dan SpaceX ini.
Musk mengingatkan kesalahan pemerintah adalah ketika mereka tidak hanya ingin menjadi wasit tetapi juga menjadi pemain di lapangan. Musk menambahkan, sangat penting bagi pemerintah untuk fokus mendorong pada hasil, bukan ikut ke dalam prosesnya.
Sebagaimana diketahui, Musk tiba di Amerika Utara pada usia 17 tahun hanya dengan USD2.000 di ransel dan kopernya yang penuh dengan buku. Saat ini, Musk adalah orang terkaya kedua di dunia dengan perkiraan kekayaan bersih dari USD147 miliar (Rp2.084 triliun), menurut Bloomberg's Billionaire Index.