Miliarder Eric Schmidt mengaku selain menjadi sosok yang berani, pekerja keras ada hal lain yang tak bisa dipisahkan untuk menjadikan seseorang sukses. Hal itu adalah keberuntungan.
"Menurut saya, saya ditentukan oleh keberuntungan, dan saya pikir hampir semua orang yang sukses harus memulai dengan mengatakan mereka beruntung," kata Schmidt di podcast Conversations with Tyler.
Baca Juga: Cerita Miliarder China Bangun Supermarket 'Uang' Digital Hingga Bernilai Rp3 Kuadriliun
"Beruntung dari lahir, beruntung memiliki keluarga yang cerdas dan cerdas dalam kehidupan rumah tangga, asuhan, asuhan global, dll." tambahnya sebagaimana dikutip dari CNBC Make It di Jakarta, Jumat (2/10/2020).
Kehidupan Schmidt sendiri adalah contoh nyatanya. Ayahnya adalah seorang ekonom yang memindahkan keluarga ke Italia ketika Schmidt masih muda.
"Itu adalah saat orang-orang tidak bepergian seperti yang mereka lakukan hari ini, jadi sangat eksotis untuk tumbuh sebagai orang Italia, dan saya pikir itu benar-benar mengubah saya," katanya.
Hal itu juga membuka pandangannya tentang dunia.
"Sebagai orang Amerika, saya selalu berpikir orang Amerika sangat, sangat fokus pada lokal, dan bahkan hari ini di dunia tempat Anda semua tinggal, kami masih terlalu fokus pada lokal dan tidak fokus secara global," kata Schmidt.
Keberuntungan lainnya adalah saat ini berkuliah arsitektur di Universitas Princeton meskipun jurusan itu tidak bertahan lama.
"Saya adalah arsitek yang buruk. Tapi ternyata saya adalah insinyur yang cukup baik, dan saat itu ilmu komputer belum ada. Di Princeton, saya masuk dan berkata, 'Lihat, saya pikir saya lebih suka komputer.'" ujarnya.
Schmidt kemudian lulus dengan gelar teknik kelistrikan dan kemudian mendapatkan gelar master dan Ph.D di bidang ilmu komputer di University of California, Berkeley. Saat itu adalah waktu yang tepat baginya bahwa industri komputer baru dimulai dan membawanya kepada kesuksesan.
"Saya mendapat keuntungan karena berada di awal industri komputer, jadi itu seperti keberuntungan yang luar biasa," kata Schmidt.
Memang, kemampuannya untuk mengejar minat pada komputer mendorong sisa karirnya. Schmidt, yang memiliki kekayaan sekitar USD12,7 miliar (Rp189 triliun) menurut Forbes, kemudian menjadi CEO Google dari 2001 hingga 2011 dan ketua eksekutif perusahaan induk Google Alphabet hingga mengundurkan diri pada Januari 2018 untuk menjadi penasihat teknis.
Schmidt juga mengatakan dia beruntung karena memiliki teman-teman yang dapat membantunya.
"Hal terbaik dalam hidup Anda akan datang dari orang-orang yang bergaul dengan Anda," kata Schmidt. "Itu telah bekerja dengan sangat baik untuk saya."
Schmidt bukan satu-satunya orang sukses yang mengakui betapa keberuntungan dari asuhan orang tua mereka telah memainkan peran penting dalam kesuksesannya. Miliarder lainnya yang mengakui hal serupa seperti Warren Buffett, Mark Zuckerberg dan Bill Gates.