Para peneliti mengungkap sedikitnya 800 orang meninggal di seluruh dunia disebabkan salah informasi atau disinformasi (misinformation) terkait virus corona. Hal itu tertuang dalam sebuah penelitian yang dimuat American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.
Penelitian tersebut menyebutkan sekitar 5.800 orang dirawat di rumah sakit akibat disinformasi dari media sosial.
Baca Juga: Bill Gates Tak Setuju dengan Elon Musk soal Kendaraan Listrik
Dilansir dari BBC International di Jakarta, Selasa (8/9/2020) salah satu disinformasi yang beredar adalah teori konspirasi yang mencatut nama Bill Gates. Hingga akhirnya, banyak kaum anti-vaksin yang menentang dan memperparah keadaan ini.
Meskipun para raksasa media sosial telah menghapus atau memberi tanda informasi yang keliru mengenai vaksin, jajak pendapat terbaru di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 28% warga Amerika percaya Bill Gates ingin menggunakan vaksin untuk menaruh chip ke tubuh orang-orang.
Para anti-vaksin pun akan menggunakan media sosial untuk mengajak orang-orang agar tidak melindungi diri mereka dari vaksin corona.
Selain itu, banyak yang meninggal karena disinformasi tentang meminum cairan spiritus (methanol) atau cairan yang biasa digunakan untuk produk pembersih. Mereka salah dalam meyakini bahwa produk tersebut bisa menyembuhkan tubuh dari virus.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan bahwa "infodemik" seputar Covid-19 menyebar lebih cepat dari virus itu sendiri. Teori konspirasi, rumor, dan stigma budaya semua berkontribusi terhadap kematian dan cedera.
Baca Juga: Bukan Uang, Ini 4 Cara Bill Gates Hidup Bahagia
Banyak korban termakan informasi yang terkesan kredibel karena berkaitan dengan dunia medis, seperti makan bawang putih dalam jumlah besar atau mengonsumsi vitamin dalam jumlah besar yang menjadi cara mencegah penularan.
Ada juga korban yang percaya, virus corona bisa dicegah dengan meminum urine sapi. Semua hal ini memiliki pontensi membahayakan yang paling serius terhadap kesehatan manusia.
Penelitian ini menyimpulkan, hal ini merupakan tanggung jawab dari lembaga internasional, pemerintah, dan platform media sosial untuk melawan disinformasi ini.