Bos Xiaomi yang dijuluki sebagai "Steve Jobs China", Lei Jun mengaku perusahaannya "lebih dari sekedar perusahaan perangkat keras" yang sangat mengedepankan inovasi internet. Hal itu disampaikan Lei Jun sesaat sebelum mereka penawaran umum di Hong Kong.
Namun, setelah debut mereka di perdagangan, Xiaomi memang lebih terlihat seperti perusahaan perangkat keras.
Dilansir dari Forbes di Jakarta, Rabu (8/7/2020) Xiaomi kini menjadi pembuat smartphone terbesar keempat di dunia yang telah lebih berfokus pada produk perangkat keras sejak pencatatannya pada tahun 2018. Xiaomi telah memproduksi pembersih udara, pengering rambut, penyedot debu, dan segudang gadget lainnya.
Berkat itu, Xiaomi menghasilkan USD9 miliar dalam penjualan dari IoT dan produk gaya hidup pada tahun 2019, meroket 41,7% dari tahun sebelumnya dan peningkatan terbesar di antara unit-unit bisnisnya.
Investor sempat meyakini bahwa Xiaomi adalah perusahaan internet yang sama dengan Amazon atau Tencent dan layak mendapat penilaian serupa. Namun, mereka merasakan penyesalan. Meski demikian, pendapatan dari layanan internet tetap stabil di kurang dari 10% dari total pendapatannya.
Kini, saham Xiaomi telah turun 13% sejak debut mereka di Hong Kong, sementara indeks acuan Hang Seng turun sekitar 8% pada periode yang sama.
Xiaomi yang senilai USD4,7 miliar menjadi IPO teknologi terbesar secara global sejak pencatatan Facebook di New York pada 2012 yang telah mengubah tiga eksekutifnya menjadi miliarder.
Lei Jun, miliarder Xiaomi yang membandingkan dirinya dengan Steve Jobs sempat memiliki kekayaan USD15,6 miliar. Namun sayang harus turun menjadi USD12,5 miliar (Rp180,48 triliun). Keempat koleganya mengalami penurunan yang sama dalam nilai bersih mereka.
Hal ini lantaran pernyataan Lei yang menyebut perusahaannya sebagai internet yang didorong oleh inovasi. Namun, hasil di lapangan dan pengelompokan pendapatan terbaru Xiaomi menunjukkan hal yang berbeda yakni sebagai perusahaan perangkat keras.