Produsen jilbab Deenay tetap menjadi pilihan banyak orang. Brand lokal Bandung yang berdiri sejak 2014 silam ini tetap mempertahankan ciri khas dan kualitas yang sangat berbekas di benak konsumen.
Founder Deenay, Trini Midiyati Yuniar mengatakan, mempertahankan ciri khas dan kualitas merupakan strategi jitu dalam mempertahankan, bahkan memperluas jangkauan bisnis. Strategi ini bahkan mampu membuat Deenay tetap bertahan di tengah pandemi virus corona (Covid-19).
Baca Juga: Bahas Masa Depan Fashion setelah Pandemi, APR Adakan Webinar
“Bukan hanya bagi Deenay saja, tapi tahun ini merupakan tahun sulit bagi hampir seluruh pebisnis busana. Pandemi Covid-19 cukup mempengaruhi berbagai sektor bisnis, karena orang-orang lebih fokus kepada kesehatan dan kebutuhan pokok,” kata Trini kepada wartawan di Bandung, Selasa (7/7/2020).
Menurutnya, mempertahankan ciri khas dan kualitas sebuah produk juga akan teruji dalam tren yang berkembang. Ia menuturkan, Deenay yang memiliki ciri khas gaya geometrik, tetap bisa diterima para konsumen setia meskipun terus berganti. Hal tersebut karena Deenay terus berinovasi dan mengikuti trean namun tidak meninggalkan ciri khas.
"Hingga pertengahan 2020, kerudung segi empat masih menjadi andalan pengguna hijab di tanah air. Kerudung segi empat dengan aksen printing yang bermotif, masih menjadi item fashion yang sangat digemari," ujarnya.
Tak hanya digunakan sebagai hijab, scarf kini juga banyak dikenakan masyarakat sebagai penutup kepala ketika harus ke luar rumah. Dengan demikian, kehadirannya pun menjelma sebagai outfit perlindungan diri.
Akan tetapi, lanjut Trini, dibandingkan dengan puncak kejayaannya dua atau tiga tahun lalu, selera masyarakat terhadap kerudung printing boleh jadi bergeser. Hal itu terlihat dari beberapa faktor, seperti desain motif, tipografi, dan warna. Apakah tren ini masih akan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan?
"Kalau dilihat dari penjualan, tahun ini tentu berkurang dibandingkan dengan tahun lalu, itu disebabkan oleh kondisi pandemi. Tapi kalau tahun 2019 dibandingkan dengan 2018, trennya mengalami peningkatan. Artinya, trennya sebenarnya terus meningkat, dan masyarakat masih akan terus menggemari printing scarf hingga beberapa waktu ke depan," tutur Trini.
“Kita harus selalu melakukan inovasi. Harus mengikuti tren. Kalau Deenay sendiri bermain di gaya Geometrik. Meskipun mengikuti tren yang ada, benang merah gaya Geometerik selalu kami masukan. Jangan jauh-jauh dari tren yang sedang berlangsung. Ciri khas dan identitas kita harus tetap masuk dalam tren yang sedang berlangsung,” tambahnya.
Adapun, desain yang sedang digandrungi masyarakat yaitu motif watercolor. Oleh brand yang didirikan sejak 2014 itu, motif tersebut ditransformasikan sesuai dengan ciri khas Deenay, yaitu geometris.
"Benang merah tetap ada dengan desain-desain Deenay yang lain," imbuhnya.
Selain itu, elemen tipografi juga tetap "bermain". Meskipun, kehadirannya tak sebanyak beberapa waktu lalu.
"Untuk warna, warna-warna earth tone dan bold masih digemari. Kalau Deenay, tetap bermain di warna bold, namun dengan pencampuran yang soft sehingga tidak terlihat menumpuk," ungkapnya.
Trini menegaskan mempertahankan kualitas produk merupakan cara paling baku untuk tetap menjadi pilihan para konsumen.
“Tetap mempertahankan kualitas. Jangan sampaikan karena produk kita sudah dikenal banyak orang, kualitas harus tetap dipertahankan. Agar kita tetap ada di hati para pelanggan,” imbuhnya.
Walaupun pulau Jawa menjadi area yang di sasar selama ini untuk dijadikan sentral perdagangan, Deenay juga telah mulai menjangkau konsumen di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Hingga kini, Deenay telah memiliki satu outlet di FX Sudirman (Jakarta) dan tiga outlet di Kota Bandung, yakni di Taman Cempaka No.7, Warehouse di Jl. Kembar Timur no.39 dan Balubur Town Square (Baltos).
Sementara itu, di balik kesuksesan bisnis yang ada, kegiatan berbagi juga dilakukan oleh Deenay melalui program "Deenay Berbagi". Untuk penyalurannya, program ini dijalankan dengan bantuan para reseller di berbagai daerah. Para reseller bisa berbagi melalui Deenay, sehingga makin tumbuh rasa memiliki.
"Ragam kegiatan yang dilakukan diantaranya, berbagi sembako, dakwah, dapur umum, dan membantu masyarakat yang terkena efek pandemi. Tak hanya itu, Deenay juga melakukan penyerahan APD ke rumah sakit dan Puskemas di beberapa daerah," pungkasnya.