Memegang amanah sebagai CEO Disney sejak 2005 akhirnya dilepas oleh Robert Allen Iger atau Bob Iger yang baru-baru ini mengabarkan bahwa ia mengundurkan diri sebagai CEO Walt Disney Co. Hal ini diumumkannya pada Selasa kemarin (25/2/2020).
Meski demikian, Iger akan tetap di Disney sebagai chairman eksekutif hingga 2021. Dia akan mengoper kepemimpinan perusahaan ini kepada Bob Chapek.
Baca Juga: Mengenal Bob Chapek, Bos Baru Disney yang Punya Banyak Prestasi
Dilansir dari CNBC di Jakarta, Kamis (27/2/2020) penasihat Perella Weinberg Partners Walter Isaacson, mengatakan Iger akan bertindak dalam kapasitas berbeda sebagai chairman eksekutif yakni Iger akan berfokus pada urusan kreatif dalam produksi Disney.
Namun terjadi pertanyaan dalam permasalahan ini. Hal ini lantaran Iger sendiri merupakan orang berlatar belakang bisnis bukan sebagai orang kreatif.
"Yang sangat menarik dalam transisi ini adalah Bob Iger mengatakan dia akan menghabiskan satu setengah tahun ke depan atau berapa lama menjadi chairman eksekutif yang berfokus terutama pada kreatif. Dia datang bukan sebagai orang kreatif. Dia datang sebagai pebisnis," ungkap Isaacson.
Meski demikian, ia mengatakan bahwa Iger tetap memiliki selera tinggi dalam industri hiburan, apalagi Hollywood.
"Untuk berbicara dalam jargon Hollywood, saya pikir Bob Iger memiliki selera tinggi, ia memiliki sentuhan jari yang hebat untuk televisi. Akan menarik untuk melihat bahwa ia memutuskan untuk memasukkan dirinya ke dalam peran itu untuk satu setengah tahun ke depan," sebut Isaacson.
Di sisi lain, pendiri dan CEO Social Capital, Chamath Palihapitiya mengatakan Netflix tetap menjadi ancaman kuat bagi Disney. Hal ini karena Netflix telah berhasil mengubah bisnis streaming film menjadi bisnis yang sangat menguntungkan.
Menurutnya, Disney harus memberikan perhatian lebih terhadap hal ini. Dia mengatakan agar tetap bertahan dengan melakukan akuisisi berbagai konten.
"Netflix telah mengubah bisnis streaming tanpa kabel menjadi bisnis surplus konsumen. Ini pada dasarnya akan mengambil margin ke nol. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup bagi Disney adalah untuk memperoleh dan untuk mempertahankan akuisisi berulang-ulang," kata Palihapitiya.