Pertumbuhan manusia yang kian pesat karena pertumbuhannya yang cepat dan fenomena dimana suami dan istri bekerja mengakibatkan profesi ibu rumah tangga menjadi semakin minim di Indonesia. Lalu, siapa yang akan mencuci ketika semua orang semakin sibuk?
Teddy Tjoegito, Sekretaris General Asosiasi Pengusaha Laundry Indonesia (APLI) mengatakan bahwa sekarang eranya para ibu tidak menjadi ibu rumah tangga, melainkan wanita karier atau bekerja dengan profesinya di luar rumah.
"Artinya, di rumah itu tidak akan ada yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kemudian, mencari asisten rumah tangga juga semakin sulit. Tren ke depan ya laundry semakin besar. Contohnya untuk kelas bawah, laundry kiloan kini menjamur. Naik level lebih tinggi, laundry per pcs. Itu untuk orang-orang kantoran yang membutuhkan penampilan lebih rapi. Kemudian, wisatawan asing juga semakin banyak maka laundry hotel juga semakin berkembang. Laundry rumah sakit juga karena program kesehatan dari pemerintah tinggi, rumah sakit swasta juga di mana-mana. Nah, itu semua butuh laundry. Dunia laundry ini semakin besar," ungkap Teddy kepada Warta Ekonomi, Kamis (29/3/2018) di Jakarta.
Bahkan, menurut Teddy, industri food and beverage juga membutuhkan keberadaan laundry karena para pekerja atau pelayanan di dunia food and beverage tentu membutuhkan pakaian dengan standar higiene.
Bicara soal keuntungan, Teddy menyampaikan untuk jangan takut dengan keuntungan di dalam bisnis laundry. Menurutnya, jalani saja bisnis sebaik mungkin karena laundry merupakan bisnis jangka panjang yang keuntungannya sudah pasti jika dijalankan dengan sungguh-sungguh.
"Jangan mencari untung sebesar mungkin. Karena itu akan membuat cost kita menjadi minim dan akibatnya adalah kualitas yang menurun. Siapa yang dirugikan, ya konsumen kita. Tetapi, kalau kita mendapatkan untung yang wajar, konsumen bisa mendapatkan kualitas yang bagus," tegasnya.
Namun, menurut Teddy, kalau hanya ingin bisnis jangka pendek, silakan mencari keuntungan sebesar-besarnya. "Tetapi, ini bisnis jangka panjang. Bisnis yang bisa mendatangkan pelanggan berulang-ulang. Bukan setahun sekali datang," tambahnya.
Selain itu, yang masih membutuhkan perhatian khusus hingga saat ini ialah industri mesin laundry. Teddy mengatakan bahwa industri mesin laundry di Indonesia merupakan problem yang besar. Hal itu menurutnya, karena pemerintah di Indonesia seringkali kurang mendukung produksi dalam negeri.
"Indonesia memiliki kekurangan di bahan logam dasar. Karena kita mau punya regulasi untuk bagaimana industri dalam negeri berkembang," ujarnya.